Kinshasa (ANTARA) - Kelompok yang diduga militan Islamis membunuh sedikitnya 62 kaum sipil dalam serangkaian serangan pekan ini di Republik Demokratik Kongo timur, di mana tentara melakukan kampanye kontra-pemberontakan melawan para pemberontak, pemerintah mengatakan pada Sabtu.
Kelompok sayap kanan CEPHADO mengatakan petempur ADF membunuh sedikitnya 74 warga sipil, yang sebagian besar wanita dan anak-anak, dengan pisau dan senjata api. Dikatakan, serangan itu menjangkau sekitar 10 desa dalam waktu kurang dari 48 jam.
Tentara berulang kali mengklaim membuat kemajuan besar melawan kelompok itu dengan membunuh beberapa komandan puncak dan merebut banyak pangkalannya di hutan belantara dekat perbatasan Uganda.
Tapi ADF, yang hadir di Kongo dari Uganda pada 1990-an, tetap bertahan dari serangan gencar bertubi yang sering dilakukan tentara Kongo dan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan melakukan pembalasan terhadap warga sipil.
ADF adalah satu dari puluhan kelompok bersenjata yang aktif di wilayah perbatasan timur Kongo yang kaya mineral, di mana peperangan kawasan sekitar pergantian abad ini mengakibatkan jutaan nyawa melayang.
Pejabat mengatakan pada Rabu bahwa sedikitnya 30 orang terbunuh dalam semalam di dekat kota Oicha. Aktivis masyarakat sipil melaporkan bahwa puluhan lebih warga sipil terbunuh dalam serangan ke desa-desa terdekat pada Kamis.
Pemerintah menyimpulkan korban tewas sebanyak 62 orang di saat sidang kabinet, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Dikatakan, tentara telah memporak-porandakan jaringan kolaborator dan kelompok lain berkat informasi yang diperoleh dari petempur ADF yang tertangkap.
Reuters
Baca juga: Tiga tewas dalam serangan di pusat perawatan Ebola di Kongo
Baca juga: INKA garap proyek kereta api di Kongo