Jayapura (ANTARA) - Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab menegaskan, helikopter milik TNI AD Mil Mi-17 yang jatuh di pegunungan Mandala, Distrik Oksop, Kabupaten Pegungan Bintang, Papua, murni karena faktor cuaca.
"Saya perkirakan pilot sudah berusaha untuk membawa helikopter ke lokasi semula, tetapi karena situasi cuaca yang berkabut di daerah pegunungan saat itu sehingga pilot memutuskan untuk kembali tetapi saat memutar heli terjadi insiden kecelakaan menabrak gunung," ujar Pangdam XVII/Cenderawadih Mayjen TNI Herman Asaribab didampingi Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw, Dalanud Silas Papare Marsma TNI Tri Bowo, Danlantamal XII Jayapura seusai meninjau 12 jenazah di RS Bhayangkara Kota Jayapura, Sabtu.
Terkait dengan senjata yang dimiliki prajurit saat kecelakaan helikopter hilang, menurut Pangdam Mayjen Herman Asaribab, untuk sementara masih disimpan warga lokal yang saat itu sedang berburu.
"Untuk senjata organik prajurit TNI korban kecelakaan helikopter dipastikan akan dikembalikan warga," ungkap Pangdam Mayjen Herman Asaribab.
Jajaran prajurit TNI dan Polri di Provinsi Papua, menurut Mayjen Herman Asaribab, menyatakan duka cita mendalam kepada keluarga korban yang telah datang menjenguk jenazah di rumah sakit Bhayangkara.
Kejadian musibah kecelakaan dialami 12 prajurit TNI, menurut Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Herman, merupakan kecelakaan murni yang datang dari rencana Tuhan.
"Atas nama pribadi, prajurit dan keluarga besar Kodam XVII/Cenderawasih saya ikut berduka cita atas gugurnya prajurit TNI dalam bertugas di wilayah Papua," ucap Pangdam didampingi petinggi TNI dan Kapolda Irjen Paulus Waterpauw.
Seusai mengantar jenazah 12 prajurit korban kecelakaan helikopter Mi-17 dilakukan pertemuan dengan keluarga korban di rumah sakit Bhayangkara.
Helikopter buatan Mil Helikopter, Rusia, itu diketahui tergabung pada Pusat Penerbangan TNI AD dan menerbangkan 12 penumpang termasuk lima anggota Batalyon Infanteri 725/WRG.
Para personel pesawat helikopter Mi-17 itu adalah Kapten CPN Bambang sebagai flight engineer, Kapten CPN Aris sebagai pilot, Sersan Kepala Suriatna (T/I), Letnan Satu CPN Ahwar (kopilot), Prajurit Satu Asharul (mekanik), Prajurit Kepala Dwi Pur (mekanik), dan Sersan Dua Dita Ilham (bintara avionika).
Kemudian anggota Batalyon Yonif 725/WRG yang turut dalam penerbangan itu adalah Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan (komandan regu), dengan anggota Prajurit Satu Yaniarius Loe (tamtama bantuan senapan otomatis), Prajurit Satu Risno (tamtama penembak senapan 1/GLM), Prajurit Dua Sujono Kaimudin (tamtama penembak senapan 2), dan Prajurit Dua Tegar Hadi Sentana (tamtama penembak senapan 4).