Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Jamaluddin mengatakan hujan meteor gamma y-Normid (Gamma Normid) lemah yang puncaknya terjadi Sabtu malam menarik bagi astronom namun tidak untuk dilihat publik.
"Sesungguhnya ini hanya hujan meteor lemah," kata Thomas kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan meteor y-Normid yang dikabarkan puncaknya akan "menghujani" langit malam pada 14 Maret 2020 hanya beberapa meteor per jam, tidak sampai puluhan bahkan ratusan.
"Hanya beberapa meteor per jam. Tidak menarik publik," katanya.
Menurut dia, fenomena hujan meteor lemah tersebut sejauh ini hanya astronom yang bisa mengenalinya. Oleh karena itu masyarakat pada umumnya tidak akan dapat melihat fenomena hujan meteor tersebut.
Fenomena hujan meteor y-Normid tersebut sebenarnya sudah mulai berlangsung sejak 25 Februari dan akan berakhir pada 28 Maret nanti.
Fenomena antariksa lainnya yang justru lebih menarik diikuti dan beberapa pekan lagi akan terjadi berdasarkan data dari Center of Near Earth Object Studies (CNEOS) NASA, yakni Asteroid 2016 HP6 yang bergerak mendekati Bumi sekitar awal Bulan Ramadan 1441 H.
Asteroid tersebut akan mendekati Bumi pada Kamis, 7 Mei 2020, sekitar pukul 21.48 Universal Time atau Jumat (8/5), pukul 04.48 WIB, pada jarak 4,33 jarak bumi (jb) atau 1,66 juta kilometer.
Asteroid yang juga biasa disebut planet minor itu memiliki kecepatan relatif 5,72 kilometer per detik ketika mendekati Bumi dan dikategorikan sebagai asteroid Apollo.
Beberapa asteroid Apollo bisa menjadi ancaman bagi penduduk di Bumi apabila berada pada jarak yang sangat dekat, seperti Meteor Chelyabinsk yang memasuki atmosfer Bumi dan meledak di langit Kota Chelyabinsk, Rusia, pada 15 Februari 2013 silam dengan ukuran 17 meter.
Meski demikian, Thomas mengatakan peristiwa itu akan aman bagi Bumi.
Kepala LAPAN debut uncak hujan meteor y-Nomid menarik bagi astronom
Sabtu, 14 Maret 2020 18:20 WIB