Washington (ANTARA) - Bank Dunia pada Senin (30/3/2020) mendesak Kelompok 20 negara ekonomi utama (G20) untuk menahan diri dari memberlakukan pembatasan ekspor baru pada pasokan medis kritis, makanan atau produk-produk penting lainnya ketika dunia memerangi pandemi virus korona yang menghancurkan.
Baca juga: Bank Dunia setujui beri pinjaman 300 juta dolar AS ke RI
Untuk mengurangi dampak terhadap negara-negara miskin yang berisiko karena terbatasnya pasokan barang-barang medis, pemberi pinjaman global mendesak negara-negara G20 untuk menghilangkan atau mengurangi tarif impor produk-produk utama yang diperlukan untuk memerangi pandemi, dan menurunkan tarif sementara atau menangguhkan tarif dan pajak ekspor pada makanan dan barang pokok lainnya.
“Kerja sama internasional yang berkelanjutan untuk memelihara sistem perdagangan yang terbuka dan berbasis aturan akan sangat penting buat pemulihan dan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif,” Mari Pangestu, direktur pelaksana Bank Dunia untuk kebijakan dan kemitraan pembangunan, mengatakan kepada para menteri.
“Berjalan sendiri bukan pilihan. Kami akan keluar lebih kuat jika kami semua bekerja bersama dengan fokus yang jelas pada masa depan,” katanya, sesuai dengan teks sambutannya, dikutip dari Reuters.
Para menteri perdagangan mengakhiri pertemuan dengan janji untuk bekerja menjaga pasar tetap terbuka dan memastikan berlanjutnya pasokan obat-obatan, tetapi berhenti menyerukan diakhirinya larangan ekspor yang banyak negara, termasuk anggota G20 seperti Prancis, Jerman dan India, telah memberlakukan terhadap obat-obatan dan persediaan medis.
Pemerintahan Trump telah menghapuskan beberapa tarif yang diberlakukan pada pasokan medis buatan China, tetapi telah menarik kritikan dari beberapa kelompok industri untuk pekerjaannya tentang aturan baru yang akan memperluas mandat "Beli Amerika" ke peralatan medis dan sektor farmasi.
Mari Pangestu mengatakan bahwa Kelompok Bank Dunia secara khusus prihatin tentang dampak pandemi pada negara-negara emerging markets dan negara berkembang, mencatat bahwa pasar global untuk 17 produk utama yang diperlukan untuk memerangi penyakit ini sangat terkonsentrasi.
"Negara-negara termiskin sangat rentan terhadap kebijakan di negara-negara pengekspor, termasuk pembatasan perdagangan pasokan medis - di atas risiko yang telah diperhitungkan dari pasar oleh negara-negara kaya," katanya.
Tarif impor produk utama COVID-19 di bawah empat persen di negara maju, di atas delapan persen di negara berkembang dan melebihi 11 persen di negara dengan ekonomi paling tidak maju, katanya.
Baca juga: IMF, Bank Dunia sediakan pembiayaan darurat miliaran dolar atasi Covid