New York (ANTARA) - Dolar secara luas lebih rendah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), ketika euro naik mendekati tertinggi empat bulan, karena negosiasi yang sedang berlangsung antara para pemimpin Uni Eropa tentang dana pemulihan dapat mengangkat blok dari resesi saat ini.
Ke-27 kepala Uni Eropa sedang berjuang untuk mencapai konsensus pada anggaran 2021-27, yang diusulkan di atas satu triliun euro, dan dana pemulihan baru terkait senilai 750 miliar euro, yang dimaksudkan untuk membantu membangun kembali ekonomi selatan yang paling terkena dampak pandemi.
Euro menguat 0,49 persen menjadi 1,144 dolar di akhir sesi Amerika Utara, tak jauh dari puncak Rabu (16/7/2020) 1,145 dolar, tertinggi sejak kejatuhan keuangan akibat Virus Corona pada Maret.
"Hasil positif pada akhir KTT Uni Eropa pada Sabtu berpotensi menjadi tiket euro ke tertinggi baru untuk tahun ini," kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions, Joe Manimbo.
Baca juga: Harga emas bangkit, naik 9,7 dolar AS catat keuntungan mingguan
Jika ada kemajuan, euro bisa menembus level signifikan 1,15 dolar secara teknikal, yang belum tersentuh sejak Februari 2019.
"Sebaliknya hasil mengecewakan dapat menghentikan kenaikan euro baru-baru ini," kata Manimbo.
Kepala Penelitian Investasi BDSwiss Marshall Gittler mengatakan kepada kliennya, implikasi untuk euro jika Uni Eropa melanjutkan rencananya akan bertahan lama.
Kesepakatan "akan membuat euro lebih menarik sebagai mata uang cadangan dengan membangun kapasitas pusat fiskal yang dapat menanggapi guncangan merugikan, yang akan membuat serikat moneter lebih stabil", katanya.
Baca juga: Harga minyak tergelincir, terseret lonjakan kasus baru COVID-19
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melemah 0,36 persen menjadi 95,930. Dolar juga melemah terhadap yen Jepang dan franc Swis, karena langkah-langkah risk-on (pengambilan risiko) mengurangi selera terhadap aset-aset safe-haven dan memperkuat ekuitas AS.
Penurunan greenback terhadap mata uang safe-haven saingan mungkin menunjukkan daya tariknya, bahkan di saat krisis, telah memudar mengingat kebangkitan infeksi Virus Corona di Amerika Serikat.
Kebangkitan kembali virus mengikis sentimen konsumen pada pertengahan Juli, indeks sentimen konsumen dari Universitas Michigan menunjukkan pada Jumat, mengancam pemulihan perumahan dan ekonomi yang baru muncul. Beberapa area dalam episentrum virus di kawasan Selatan dan Barat yang padat telah menutup bisnis lagi atau menghentikan pembukaan kembali.
Baca juga: Dolar terangkat ketika lonjakan kasus virus memicu penghindaran risiko