Melbourne (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin pagi, memperpanjang kerugian dari Jumat (17/9/2021) setelah dolar AS melonjak ke level tertinggi tiga minggu dan jumlah rig AS naik, meskipun hampir seperempat dari produksi Teluk Meksiko AS masih offline setelah dilanda dua badai.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 30 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 71,67 dolar AS per barel pada pukul 00.59 GMT, setelah turun 64 sen pada Jumat (17/9/2021).
Minyak mentah berjangka Brent merosot 27 sen atau 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 75,07 dolar AS per barel, setelah kehilangan 33 sen pada akhir pekan lalu.
Harga minyak turun karena greenback mendekati level tertinggi tiga minggu setelah reli pada Jumat (17/9/2021), di tengah data penjualan ritel AS yang lebih baik dari perkiraan. Data memperkuat ekspektasi Federal Reserve AS akan mulai mengurangi pembelian aset akhir tahun ini.
"Minyak mentah WTI dapat berkonsolidasi selama beberapa sesi perdagangan berikutnya sampai lintasan dolar sedikit lebih jelas," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang ditransaksikan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga membatasi permintaan.
Kenaikan jumlah rig AS juga membatasi harga minyak. Jumlah rig minyak dan gas naik sembilan rig menjadi 512 rig dalam seminggu hingga 17 September, tertinggi sejak April 2020 dan dua kali lipat dari periode sama tahun lalu, kata Baker Hughes pada Jumat (17/9/2021).
Pada Jumat (17/9/2021), 23 persen dari produksi minyak mentah Teluk Meksiko AS atau 422.078 barel per hari, tetap ditutup, Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS melaporkan.
Baca juga: Harga minyak jatuh, setelah pasokan minyak AS kembali ke pasar
Baca juga: Harga minyak relatif stabil karena ancaman badai AS berkurang
Baca juga: Minyak turun di Asia, tahan sebagian besar keuntungan hari sebelumnya