Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai produksi dan konsumsi domestik relatif kuat di tengah kasus COVID-19 varian Omicron.
Dari segi produksi, ia menuturkan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur terus berada dalam fase ekspansi dalam lima bulan terakhir dan menjadi yang tertinggi di Kawasan ASEAN, impor bahan baku dan barang modal masih tumbuh dua digit, dan konsumsi listrik bisnis dan industri kian meningkat.
Hal tersebut juga terlihat dari indikator konsumsi, yakni Indeks Kepercayaan Konsumen yang berada di atas level optimistis, Indeks Penjualan Ritel yang terus meningkat seiring dengan optimisme pubik dan mobilitas, serta Indeks Belanja Mandiri yang masih di atas kondisi pra pandemi di tengah sebaran Omicron.
Baca juga: Sri Mulyani: Indonesia ulet hadapi krisis
Dengan kondisi perekonomian yang baik di tengah Omicron, Sri Mulyani pun tetap optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8 persen sampai 5,5 persen.
Perkiraan itu juga seiring dengan proyeksi berbagai lembaga dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF) sebesar 5,6 persen, Bank Dunia 5,2 persen, serta Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) 5,2 persen.
Baca juga: BI: Ekonomi RI akan kembali ke jalur lebih tinggi pada jangka menengah
Kendati demikian, Bendahara Negara tersebut tak mau menganggap remeh pemulihan ekonomi yang ada karena Indonesia masih terus fokus dalam percepatan vaksinasi.
"Mudah-mudahan kita akan mencapai 70 persen populasi yang menerima vaksinasi lengkap sebelum Idul Fitri dan pada saat yang sama, kami juga mempercepat vaksinasi booster," ujarnya.
Menurut dia, vaksinasi akan membuat Indonesia semakin percaya diri dalam menghadapi pandemi yang berkepanjangan dan pada saat yang sama terus mendukung proses pemulihan ekonomi.