Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah, tertekan pernyataan pejabat The Fed yang lebih agresif terkait kenaikan suku bunga acuan.
"Nilai tukar rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS dengan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Peningkatan ekspektasi pasar tersebut, lanjut Ariston, dipicu oleh pernyataan sejumlah pejabat bank sentral, termasuk Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan lalu, yang mendukung kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 basis poin pada rapat berikutnya untuk memerangi inflasi di Negeri Paman Sam.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama dunia juga menguat pada pekan lalu menembus ke atas angka 101, level tertinggi sejak April 2020.
Naiknya ekspektasi suku bunga acuan AS tersebut juga telah memberikan sentimen negatif ke indeks saham Asia pagi ini.
"Selain itu, ekspektasi kenaikan inflasi di dalam negeri karena kenaikan harga pangan menjelang Idul Fitri, bisa turut menekan rupiah. Tekanan inflasi bisa menghambat pertumbuhan ekonomi," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi tertekan terhadap dolar AS ke arah Rp14.380 per dolar AS hingga Rp14.400 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.340 per dolar AS.
Pada Jumat (22/4) lalu, rupiah ditutup melemah 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.362 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.344 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 130 poin
Baca juga: Rupiah jelang akhir pekan melemah dipicu pesan agresif The Fed
Baca juga: Rupiah melemah dipicu isyarat kenaikan suku bunga agresif oleh Powell