Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat di tengah antisipasi rilis data inflasi di Amerika Serikat.
"Dolar AS melemah di tengah pasar yang terlihat mengantisipasi rilis data inflasi AS di hari Rabu," kata analis Monex Investindo Futures Faisyal dalam kajiannya di Jakarta, Selasa.
Data inflasi AS akan dicermati oleh pelaku pasar untuk menjadi petunjuk terkait langkah bank sentral AS The Federal Reserve selanjutnya.
Berdasarkan hasil survei Reuters, diperkirakan inflasi tahunan AS akan turun menjadi 8,7 persen pada Juli dari sebelumnya di 9,1 persen.
Ekspektasi akan turunnya inflasi di Negeri Paman Sam saat ini dipicu oleh terkoreksinya harga minyak akhir-akhir ini.
Prospek turunnya inflasi AS mungkin akan meredakan juga ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan bertindak agresif dalam kebijakan moneternya.
Sentimen lainnya yaitu memburuknya ketegangan antara AS-Tiongkok atas Taiwan. Dalam perkembangan terbaru Tiongkok masih mengadakan latihan militer di dekat perbatasan Taiwan.
Kendati demikian, AS baru-baru ini mengisyaratkan tidak ada eskalasi besar dalam risiko geopolitik yang mungkin terjadi dari Beijing.
Pada Senin (8/8) lalu, rupiah ditutup menguat 18 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.876 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.894 per dolar AS.
Baca juga: Wall Street ditutup bervariasi di tengah kekhawatiran kebijakan Fed
Baca juga: Dolar melemah, investor tunggu data inflasi untuk petunjuk tentang Fed
Baca juga: Emas kembali di atas level 1.800 dolar, ditopang pelemahan "greenback"