Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar optimistis kredit perseroan akan tumbuh lebih kuat setelah Hari Raya Lebaran atau pada triwulan II 2022.
Maka dari itu, BNI masih belum akan merevisi target pertumbuhan kredit tahun 2022 yang berada dalam rentang tujuh persen sampai 10 persen.
Pada triwulan I 2021, penyaluran kredit BNI tumbuh sebesar 5,8 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ia menuturkan pertumbuhan kredit terjadi seiring dengan mulai menguatnya harga komoditas dan perbaikan ekonomi, sehingga permintaan di sektor infrastruktur, listrik dan gas, logistik, pergudangan, informasi, dan digital sangat tinggi.
Selain itu, permintaan kredit juga tak kalah tinggi di sektor hilirisasi, hingga subsistem hilir komoditas.
"Pembangunan smelter akan semarak dan besar karena potensi pemerintah yang sekarang mulai banyak melarang untuk mengekspor barang yang belum jadi," ungkap Royke.
Oleh karenanya, dirinya berharap seluruh proses tersebut akan segera terjadi dan menjadi sumber pertumbuhan, terutama di sektor swasta ke depan.
Dengan demikian, ia merasa belum perlu untuk mengubah target pertumbuhan kredit tahun ini.
Namun, hal tersebut juga masih akan melihat situasi yang berkembang apabila di triwulan II 2022 terdapat pertumbuhan kredit yang cukup tinggi.
"Baru lah, kalau ini terjadi nanti kami akan coba sesuaikan jika dirasa perlu di pertengahan tahun. Tapi, sejauh ini, cukuplah dengan kisaran pertumbuhan sekarang ini dengan titik tengahnya kemungkinan delapan atau sembilan persen," tegasnya.
Baca juga: BNI: Restrukturisasi kredit pandemi membaik, turun jadi Rp69,6 triliun
Baca juga: BNI siap terdilusi jika Sea Limited ambil porsi saham Bank Mayora
Baca juga: Nilai transaksi BNI mobile banking capai Rp175 triliun di triwulan I