Jakarta (ANTARA) - Bidan merupakan profesi yang paling dekat dengan keluarga saat mengurus anak di usia balita dan kanak-kanak, dan partner terdepan menjaga kesehatn buah hati.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta peran Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk terus meningkatkan profesionalitas anggota melalui pembelajaran dan kolaborasi untuk menghadapi beragam tantangan profesi.
Ia mengatakan pandemi COVID-19 yang belum berakhir serta berdampak pada pelayanan kesehatan ibu dan anak, hanya satu dari berbagai tantangan di bidang kesehatan saat ini.
Pada usia IBI yang sangat matang tahun ini, kata Budi, profesi bidan telah ikut berperan dalam peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), dan kesehatan reproduksi, serta berpartisipasi pada Pekan Imunisasi Dunia 2022.
Menurut dia pemerintah terus berupaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, balita, dan menurunkan angka kasus stunting, gizi kurang, gizi buruk, serta meningkatkan cakupan imunisasi yang dilakukan dengan pendekatan siklus hidup melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
"Bersama organisasi profesi dan 'stakeholder' terkait, pemerintah memiliki kewajiban untuk mempersiapkan dan menyediakan sumber daya manusia kesehatan yang kompeten, patuh terhadap ketentuan," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum PP IBI Dr Emi Nurjasmi, M.Kes mengatakan jumlah profesi bidan di Indonesia berkisar 500 ribu lebih. Jumlah tersebut masih dalam proses verifikasi melalui integrasi data dari sejumlah organisasi profesi terkait.
Sebanyak 70-75 persen bidan tersebar di tengah masyarakat, khususnya di berbagai pelayanan primer dan jaringannya guna mempermudah akses layanan kepada masyarakat, kata Emi menambahkan.
Distribusi bidan yang merata mendorong masyarakat mengandalkan jasa bidan dalam mengakses layanan kesehatan ibu, bayi dan balita serta program Keluarga Berencana (KB).