Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta setiap orang tua untuk mengimbangi pemberian asupan gizi seimbang pada anak dengan pola asuh dan kasih sayang.
Pola asuh yang dimaksud adalah terkait dengan menyediakan lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi tumbuh kembang anak dan mengoptimalkan kasih sayang tanpa adanya kekerasan dalam pengasuhan juga menjadi teladan yang baik bagi anak.
Menurut dia pola asuh yang dijalankan dengan baik adalah pola asuh yang demokratis dan menyediakan ruang untuk melakukan komunikasi dua arah, sehingga berkelanjutan. Penting agar pola asuh bersifat permisif dengan menempatkan diri sebagai teman daripada orang tua yang otoriter.
Ia mengatakan lingkungan yang nyaman dan adanya kasih sayang yang membuat anak bahagia, bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak berjalan maksimal. Hal itu disebabkan karena kebahagiaan mempengaruhi nafsu makan anak.
Sebaliknya, kata Hasto Wardoyo, apabila pola asuh yang dijalankan salah seperti memaksa anak untuk menghabiskan makanan saat sudah kenyang, maka anak menjadi tidak bahagia. Kemudian bila pemberian makanan difokuskan pada makanan yang lebih banyak mengandung gula, maka anak dapat menderita penyakit seperti obesitas, penyakit jantung, kerusakan gigi dan penyakit hati.
Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana saat dihubungi ANTARA menambahkan BKKBN telah membentuk 200 ribu tim pendamping keluarga (TPK) yang dijadikan sebagai media untuk memberikan edukasi dan memberikan pendampingan kepada keluarga yang memiliki baduta dan balita.
Adapun upaya lain untuk memberikan edukasi pada orang tua terkait pola asuh yakni dibentuknya kelas Bina Keluarga Balita yang dilengkapi dengan materi-materi menarik dan pelatihan. BKKBN juga meningkatkan layanan untuk parenting di posyandu.
“Kami ingin memanfaatkan momentum yang ada, di mana posyandu sudah banyak dibuka kembali pasca PPKM yang sangat ketat. Ini merupakan waktu kita kepada masyarakat, untuk memperluas layanan-layanan di posyandu dan di situ terintegrasi juga layanan untuk parenting,” kata Irma.
Kepala Desa Taro di Kabupaten Gianyar Bali I Wayan Warka menekankan stunting juga bisa terjadi pada keluarga yang berkecukupan, bukan hanya keluarga miskin saja.
Orang tua yang sibuk bekerja, seringkali kurang memberikan perhatian pada anak, sehingga terjadi pola asuh yang salah yakni lebih banyak memberikan makanan cepat saji dibandingkan makanan bergizi.
Orang tua diminta dapat memberikan pengasuhan pada anak yang baik dan benar, agar pertumbuhannya bisa optimal. Faktor tersebut menentukan terjadinya stunting pada anak, demikian I Wayan Warka.
Baca juga: BKKBN: Kunci penuntasan stunting berasal dari pola asuh keluarga
Baca juga: Orang tua berpengetahuan, kunci agar anak tidak kerdil
Baca juga: Menkes : Pola asuh pegang peranan penting atasi stunting
Baca juga: Ahli: Cegah stunting jangan hanya sampai 1.000 hari pertama kehidupan