Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup menguat seiring fokus pelaku pasar yang kini tertuju ke pertemuan Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB).
"Dolar AS turun dari level tertinggi dalam 20 tahun dan fokus pasar kini akan beralih kepada pertemuan Bank Sentral Eropa untuk isyarat lebih lanjut tentang pengetatan kebijakan moneter global," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Pelaku pasar saat ini menunggu kenaikan suku bunga oleh ECB, yang dapat mendukung euro dan memacu penurunan lebih lanjut dalam dolar.
ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,25 persen, membawa mereka ke wilayah positif untuk pertama kalinya dalam 11 tahun untuk memerangi inflasi yang tinggi.
Namun bank sentral menghadapi tindakan penyeimbangan, mengingat bahwa aktivitas ekonomi di zona euro telah melambat secara signifikan karena krisis energi yang sedang terjadi.
Selain itu sentimen penggerak juga datang dari ketakutan atas COVID-19 yang berasal dari Tiongkok dan kemungkinan eskalasi dalam pergolakan Tiongkok-Amerika.
Baru-baru ini, Reuters merilis berita yang menyatakan bahwa Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan kepada delegasi anggota parlemen AS pada bahwa pulau itu akan terus bekerja dengan Amerika Serikat untuk menjalin hubungan perdagangan dan ekonomi yang lebih dekat.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.898 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.893 per dolar AS hingga Rp14.914 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis menguat ke posisi Rp14.905 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.927 per dolar AS.