New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena pelaku pasar mencerna risalah pertemuan terbaru Federal Reserve (Fed) dan data ekonomi yang menunjukkan inflasi masih berlanjut di Amerika Serikat.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 0,9699 dolar AS dari 0,9712 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,1092 dolar AS dari 1,1025 dolar di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,6275 dolar AS dari 0,6267 dolar AS.
Dolar AS dibeli 146,88 yen Jepang, lebih tinggi dari 145,85 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9982 franc Swiss dari 0,9976 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3824 dolar Kanada dari 1,3812 dolar Kanada.
Reaksi pasar di atas muncul setelah risalah pertemuan The Fed September yang dirilis pada Rabu (12/10/2022) menunjukkan bahwa pembuat kebijakan menyatakan keprihatinan atas persistensi inflasi yang tinggi, dan banyak yang lebih khawatir melakukan terlalu sedikit tindakan untuk mengendalikan inflasi daripada terlalu banyak.
Sebelumnya Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu (12/10/2022) bahwa indeks harga produsen (IHP), ukuran harga yang diperoleh bisnis AS untuk barang dan jasa yang mereka hasilkan, tumbuh 0,4 persen pada September, lebih tinggi dari perkiraan pasar untuk kenaikan 0,2 persen.
Data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan terus agresif menaikkan suku bunga, sehingga terus mengangkat dolar lebih tinggi.
Setelah data indeks harga produsen dirilis, greenback naik setinggi 146,98 yen, terkuat sejak Agustus 1998 atau tertinggi baru dalam 20 tahun, menandai kenaikan sesi kelima berturut-turut.
Jepang melakukan intervensi pembelian yen pertamanya sejak 1998 pada 22 September, ketika dolar berada di 145,90 yen.
Dolar memangkas kenaikan setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve terakhir menunjukkan beberapa nada dovish. Beberapa peserta mencatat pentingnya mengkalibrasi laju pengetatan lebih lanjut untuk mengurangi risiko pada ekonomi AS, kata risalah tersebut.
Namun demikian The Fed tetap berkomitmen untuk menaikkan suku bunga guna menurunkan inflasi. "Itu bukan perhatian nomor satu saat ini. Kekhawatiran nomor satu tetap adalah inflasi," kata Direktur Perdagangan Monex USA, Juan Perez, di Washington.
Pedagang dengan hati-hati menunggu laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS September yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat, untuk indikasi terbaru tentang gambaran inflasi.