New York (ANTARA) - Pound sterling naik ke level tertinggi enam minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah membaiknya sentimen risiko karena Rishi Sunak menjadi perdana menteri Inggris, sementara dolar jatuh ke level terendah tiga minggu karena data ekonomi AS yang melemah mendinginkan ekspektasi laju kenaikan suku bunga AS di masa depan.
Rishi Sunak menjadi perdana menteri ketiga Inggris dalam dua bulan pada Selasa (25/10/2022), bertugas mengatasi krisis ekonomi yang memuncak dan partai politik yang bertikai.
Sterling melonjak ke level terkuat sejak 15 September, dan terakhir naik 1,66 persen pada 1,147 dolar, tetapi ahli strategi mata uang memperkirakan kenaikan pound akan berumur pendek.
"Di luar reli fase bulan madu yang singkat, saya pikir jalan yang menakutkan ke depan bagi ekonomi Inggris kemungkinan akan membatasi kenaikan sterling," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera.
Dolar AS secara luas melemah di tengah tanda-tanda bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve memperlambat ekonomi terbesar dunia itu. Greenback meluncur ke wilayah negatif setelah data menunjukkan bahwa harga rumah AS merosot pada Agustus karena lonjakan suku bunga KPR melemahkan permintaan.
"Data ekonomi AS memburuk dan itu membantu menekan imbal hasil obligasi pemerintah," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda. "Jika data terus menjadi lebih buruk, debat pertemuan FOMC Desember mungkin tidak antara kenaikan setengah poin dan kenaikan 75 basis poin, tetapi dengan kenaikan seperempat poin dan peningkatan 50 basis poin."
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku sebesar 75 basis poin untuk keempat kalinya berturut-turut pada pertemuan 1-2 November.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,822 persen pada 110,94 pada pukul 15.10 waktu setempat (19.10 GMT).
Euro menguat ke level tertinggi 20 hari menjelang pertemuan Bang Sentrak Eropa (ECB) pada Kamis (27/10/2022), di mana kenaikan tiga perempat poin diharapkan oleh bank sentral karena berusaha mengendalikan inflasi yang panas.
Mata uang bersama itu terakhir naik 0,87 persen pada 0,99595.
"Cuaca hangat memicu optimisme (relatif) tentang krisis energi, sekalipun data IFO Jerman jauh ke dalam wilayah resesi," kata Kit Juckes, kepala strategi valas di Societe General.
Ifo Institute for Economic Research mengatakan Jerman sedang menuju resesi, memperkirakan bahwa ekonomi terbesar Eropa akan berkontraksi sebesar 0,6 persen pada kuartal keempat.
Yen juga menguat terhadap dolar setelah dugaan intervensi bank sentral Jepang (BoJ) pada Jumat (21/10/2022) dan Senin (24/10/2022).
Penurunan minggu ini dalam imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang juga membantu mendukung mata uang Jepang. Namun, latar belakang kebijakan untuk pelemahan yen kemungkinan akan sangat membantu dalam beberapa hari mendatang, dengan BoJ diperkirakan akan tetap berpegang pada stimulus moneter pada Jumat (27/10/2022).
Pada 147,96 yen, dolar turun dari tertinggi 32 tahun terhadap mata uang Jepang di 151,94 pada Jumat (21/10/2022), yang tampaknya memicu serangan berturut-turut dari intervensi BoJ.
Kementerian Keuangan Jepang menolak mengomentari apakah pihaknya telah memerintahkan intervensi dalam beberapa hari terakhir, meskipun pihaknya mengkonfirmasi tindakan pada September, yang merupakan pembelian yen pertama oleh otoritas Jepang sejak 1998.
Sementara itu, mata uang China memperpanjang pelemahan yang terlihat sejak pemilihan tim kepemimpinan pemimpin China Xi Jinping di Kongres Partai Komunis dua kali satu dekade menimbulkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan akan dikorbankan untuk kebijakan yang didorong oleh ideologi.
Yuan di dalam negeri merosot ke level terendah dalam hampir 15 tahun pada Selasa (25/10/2022) setelah bank sentral menetapkan titik tengah terendah sejak 2008. Yuan di pasar luar negeri merosot ke rekor terendah 7,375 terhadap dolar.