Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir disebut sebagai kandidat calon wakil presiden (cawapres) yang dapat diterima oleh berbagai kalangan pada Pilpres 2024.
"Misalnya, saja Erick Thohir kemudian bisa masuk membangun basis dukungan ke kelompok-kelompok Islam, tetapi dari sisi yang lebih praktis," kata Rafif.
Menurut dia, Erick Thohir yang tidak terikat dengan partai politik (parpol) menjadi kunci menyeimbangkan setiap kepentingan. Karakteristik kepemimpinan Erick Thohir tidak perlu diragukan.
Kehadiran Erick Thohir dalam pucuk hierarki kepemimpinan di Tanah Air, kata Rafif, tentu bakal menciptakan dampak positif besar, terutama untuk dapat menjadi pemersatu pemilih Islam dari berbagai kelompok.
Hal itu lantaran banyak kelompok masyarakat islamis yang mudah dirangkul untuk membangun kolaborasi demi mendorong kemajuan bangsa ke depan. Misalnya, kalangan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
"Jarang kelompok Islam atau misalnya nahdiyin dan warga Muhammadiyah yang sebenarnya terbebas dalam dunia BUMN atau bisnis," ujarnya.
Hal itu, menurut dia, menjadikan gaya kepemimpinan Erick Thohir yang terbuka membuatnya makin diterima oleh berbagai kelompok masyarakat.
"Menjadi daya tarik untuk bisa menyatukan suara umat di Tanah Air," kata Rafif.
Sebelumnya, Indikator Politik Indonesia mengeluarkan hasil survei terbarunya dengan menempatkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang meraih elektabilitas tertinggi dari nama-nama lain.
Untuk cawapres, nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil masih yang tertinggi dengan perolehan 19,7 persen. Menariknya, kata dia, elektabilitas Erick Thohir terus meningkat pada tahun 2022. Di awal 2022 elektabilitas Erick hanya 7 persen. Namun, pada survei terakhir mencapai 9 persen.