Jambi (ANTARA) - Bank Indonesia Provinsi Jambi optimistis pertumbuhan ekonomi di daerah itu tumbuh positif sejalan dengan perbaikan permintaan domestik.
"Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Jambi diprakirakan tetap tumbuh positif sejalan dengan perbaikan permintaan domestik, serta ekspor, menyusul penghapusan kebijakan Zero Covid Policy di Tiongkok," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Eva Ariesty, Sabtu.
Dia menyebutkan ke depan perekonomian Jambi masih akan ditunjang oleh sektor perkebunan dan pertambangan. Meski begitu sektor pariwisata juga siap menjadi salah satu sektor yang bisa menjadi unggulan dan berpotensi besar untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Jambi .
Bank Indonesia sendiri secara konsisten mendukung pengembangan pariwisata di daerah itu.
"Sektor pariwisata jika dikembangkan maka memiliki potensi yang besar untuk Jambi," katanya.
Selanjutnya, ke depan, pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diprakirakan akan tetap melanjutkan momentum pertumbuhan secara gradual meskipun terdapat peningkatan risiko resesi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa.
Kenaikan Fed Funds Rate yang diprakirakan hingga awal 2023 dengan siklus yang lebih panjang (higher for longer) berpotensi mendorong tetap kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan nilai tukar di berbagai negara. Di sisi lain, tetap kuatnya mata uang dolar AS perlu dimanfaatkan melalui jalur perdagangan eksternal.
"Dari sisi eksternal, penghapusan kebijakan Zero Covid Policy akan menahan perlambatan ekonomi global sehingga kinerja ekspor harus dapat didorong seiring dengan membaiknya permintaan mitra dagang utama, khususnya komoditas unggulan Jambi, yaitu batu bara, CPO, dan karet," katanya menjelaskan.
Kinerja eksternal yang diperkirakan melambat diharapkan dapat terkompensansi oleh permintaan domestik yang semakin kuat, didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan.
Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).
"Investasi juga diprakirakan akan membaik didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN)," katanya.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus melakukan langkah yang bersifat front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan menurunkan ekspektasi inflasi guna memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3±1 persen (yoy) lebih awal, yaitu ke paruh pertama 2023.
Koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis juga terus diperkuat. Dalam kaitan ini, koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) terus dilanjutkan melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Sejalan dengan hal tersebut, di Provinsi Jambi, melalui berbagai upaya termasuk sinergi antara TPID Provinsi Jambi dan Satgas Pangan dalam melakukan berbagai program pengendalian harga dalam koridor 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
"Untuk di 2023 ini secara nasionalnya yang jadi harapan konsumsi domestik, jadi yang masih berpeluang terakselerasi itu perdagangan dan akomodasi makanan minuman," terangnya.