Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menganjurkan konsumsi telur untuk mencegah stunting pada anak balita.
Dia menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi, termasuk protein hewani, pada 1.000 hari pertama kehidupan anak untuk mencegah stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya menjadi tengkes.
Mengingat stunting kebanyakan terjadi pada anak dalam rentang usia enam sampai 24 bulan, ia mengatakan, pemenuhan kebutuhan nutrisi anak selama kurun itu mesti benar-benar diperhatikan.
Telur yang mengandung protein, kolin, selenium, yodium, fosfor, besi, seng, serta vitamin A, B, D, dan K, menurut dia, bisa digunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi anak selama masa pertumbuhan.
Hasto juga menyarankan penyiapan menu makanan dari bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, termasuk protein hewani, semasa 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Protein hewani bisa diperoleh dari bahan pangan seperti telur, aneka makanan laut, daging ayam, daging ayam, daging bebek, dan daging sapi.
"Pentingnya protein hewani dalam menu sehari-hari bisa dikenalkan kepada keluarga, remaja yang akan menikah, juga kepada stakeholder (pemangku kepentingan) sebagai penyambung informasi ke masyarakat," katanya.
Dia juga menyampaikan bahwa indikasi stunting antara lain bisa dilihat dari panjang badan anak saat lahir.
"Jika panjang badan lahir kurang dari 48 sentimeter, itu sudah 23 persen stunting. Masuk enam bulan, naik satu persen, berarti kita masih bersama-sama harus menguatkan ASI eksklusif. Enam bulan ke atas harus mendapatkan MPASI sampai usia 24 bulan," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Endang Sumiwi mengatakan bahwa makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan oleh orang tua kepada anak umumnya masih kurang komponen protein hewaninya.
Pemerintah pada peringatan Hari Gizi Nasional 2023 akan fokus mengampanyekan pentingnya konsumsi protein hewani bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita guna mencegah stunting.
"Persoalan kesehatan dan gizi menjadi persoalan bersama, menurunkan stunting menjadi kewajiban bersama. Kami berharap semua pihak dapat mendukung dan mengkampanyekan konsumsi protein bersumber hewani untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita yang kebutuhannya berbeda dengan segmen masyarakat lain," kata Endang.