Chicago (ANTARA) - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), rebound dari kerugian dua hari berturut-turut di tengah melemahnya dolar AS karena kekhawatiran atas sektor keuangan mereda sehingga mengurangi selera terhadap mata uang safe-haven.
Emas berjangka tergelincir 30 dolar AS atau 1,51 persen menjadi 1.953,80 dolar AS pada Senin (27/3/2023), setelah jatuh 12,10 dolar AS atau 0,61 persen menjadi 1.983,80 dolar AS pada Jumat (24/3/2023), dan melonjak 46,30 atau 2,37 persen menjadi 1.995,90 dolar AS pada Kamis (23/3/2023).
Dolar AS melemah pada Selasa (28/3/2023) karena kekhawatiran atas krisis perbankan yang surut mengurangi permintaan terhadap mata uang aman, dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,41 persen menjadi 102,4281.
"Investor emas tidak berpikir krisis perbankan sudah berlalu atau, mungkin lebih mungkin, luka darinya di pasar kredit telah secara permanen mengurangi pengetatan yang diperlukan dari bank sentral," kata Craig Erlam, analis di platform perdagangan daring OANDA.
“Itu bisa menjadi bullish, jika demikian, untuk emas dan para pedagang bahkan mungkin mengincar level tertinggi sepanjang masa jika penurunan suku bunga tahun ini menjadi kenyataan,” tambah Erlam.
Data ekonomi yang dirilis pada Selasa (28/3/2023) menahan kenaikan emas lebih lanjut. Harga rumah S&P CoreLogic Case-Shiller mendingin pada Januari, naik hanya 3,8 persen secara nasional dibandingkan tahun sebelumnya. Ini turun dari 5,6 persen pada Desember.
Sementara itu, The Conference Board melaporkan bahwa indeks kepercayaan konsumen AS naik menjadi 104,2 pada Maret dari 103,4 pada Februari.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 27,50 sen atau 1,19 persen, menjadi ditutup pada 23,42 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli merosot 10,60 dolar atau 1,08 persen, menjadi menetap pada 971,90 dolar AS per ounce.