Padang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan semua pihak bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan pengentasan stunting harus dilakukan secara bersama.
Dalam pidatonya, Hasto mengatakan Indonesia mempunyai pekerjaan rumah untuk mencapai target SDGs tahun 2030. Target tersebut yakni menghilangkan kelaparan dan menurunkan risiko kekurangan gizi, mengurangi rasio angka kematian ibu, hingga menurunkan angka kematian neonatal.
Kepada mahasiswa Universitas Andalas (Unand) yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan dan salah satu fokusnya pengentasan stunting, Hasto menjelaskan alasan stunting menjadi salah satu masalah serius yang perlu ditangani.
Anak yang dikategorikan stunting memiliki ciri fisik tubuh pendek sehingga tidak bisa atau tidak maksimal ketika bersaing dengan anak normal lainnya. Kemudian stunting juga memengaruhi kognitif dan anak stunting pada umumnya tidak sehat.
"Sebab nantinya pada umur 40 hingga 50 tahun ia mengalami sentral obesitas atau gemuk tapi di tengah. Hal itu juga ditandai berbagai macam penyakit," ujarnya.
Pada kesempatan itu Hasto mengingatkan setiap anak yang terkena stunting dipastikan memiliki tubuh pendek, namun anak yang pendek belum tentu stunting. Secara umum, terdapat tiga penyebab stunting yakni air susu ibu tidak sesuai kebutuhan, asupan anak tidak baik, dan pola asuh yang tidak baik hingga anak sering sakit.
Berdasarkan data yang dirilis World Population Review pada 2022, Indonesia berada pada urutan 130 di dunia dalam hal negara dengan tingkat kecerdasan (IQ).
Urutan pertama ditempati Jepang, disusul Taiwan, Singapura, Hong Kong, China, Korea Selatan, Belarusia, Finlandia, Liechtenstein, dan Jerman pada peringkat Ke-10. Dalam riset yang dilakukan World Population Review tersebut Indonesia mendapat skor 78,49. Angka itu terpaut jauh dari Jepang dengan nilai 106,48.