Sigapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global dan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS membebani harga, mengimbangi perkiraan pasokan lebih ketat di tengah pemotongan OPEC+.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 0,4 persen atau 28 sen, menjadi diperdagangkan di 70,36 dolar AS per barel, setelah ditutup 1,1 persen lebih tinggi di sesi sebelumnya.
Brent turun untuk kuartal keempat berturut-turut pada akhir Juni, sementara WTI mencatat penurunan kuartalan kedua karena dua ekonomi teratas dunia, AS dan China, kehilangan kecepatan pada kuartal kedua.
Kekhawatiran perlambatan lebih lanjut yang merugikan permintaan bahan bakar meningkat setelah data pada Jumat (30/6), menunjukkan inflasi AS masih melampaui target 2,0 persen bank sentral dan memicu ekspektasi akan menaikkan suku bunga lagi.
"Komentar hawkish tentang suku bunga terus meningkatkan kekhawatiran prospek permintaan yang membebani harga," kata analis National Australia Bank (ANB) dalam sebuah catatan.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperkuat greenback, membuat harga komoditas-komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, dan juga mengurangi permintaan minyak.
Para ekonom dan analis telah menurunkan perkiraan harga Brent mereka menjadi rata-rata 83,03 dolar AS per barel pada tahun 2023, dalam jajak pendapat minyak Reuters pada Juni.
Pertumbuhan aktivitas pabrik di China, importir minyak mentah terbesar dunia, juga melambat pada Juni karena sentimen dan rekrutmen mendingin akibat kondisi pasar yang lesu, menurut survei sektor swasta Caixin/S&P Global.
Namun, beberapa analis memperkirakan pasokan akan semakin ketat dan mendorong harga lebih tinggi di paruh kedua, setelah eksportir utama Arab Saudi menjanjikan pengurangan produksi tambahan 1 juta barel per hari pada Juli, sementara AS secara bertahap mengisi cadangan minyak strategisnya.
"Pemotongan multi-produksi OPEC+ telah menjaga harga minyak di atas level kunci, yang mungkin melihat pengurangan produksi lebih lanjut oleh kartel untuk menjaga stabilitas pasar minyak mentah," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Namun, survei Reuters terbaru menunjukkan produksi minyak OPEC hanya turun sedikit pada Juni, karena kenaikan di Irak dan Nigeria membatasi dampak pemotongan oleh pihak lain.
Investor menantikan konferensi akhir pekan ini yang diselenggarakan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk isyarat pasokan.
Rig minyak AS turun satu menjadi 545 minggu lalu, level terendah sejak April 2022, sementara rig gas turun enam menjadi 124, terendah sejak Februari 2022, data Baker Hughes menunjukkan.
Produksi minyak mentah AS turun pada April menjadi 12,615 juta barel per hari (bph), terendah sejak Februari, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Jumat (30/6).