Singapura (ANTARA) - Dolar menguat di sesi Asia pada Kamis sore, setelah risalah pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve AS menguatkan taruhan untuk kenaikan suku bunga bulan ini, sementara sentimen penghindaran risiko yang luas di Asia memberikan beberapa dukungan kepada yen Jepang.
Itu mengirim dolar sedikit lebih tinggi di samping imbal hasil obligasi pemerintah AS sementara saham merosot, karena ekspektasi meningkat bahwa Fed akan melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga bulan ini dan suku bunga akan tetap lebih tinggi lebih lama untuk menjinakkan inflasi.
Euro terakhir 0,09 persen lebih rendah pada 1,0843 dolar, sementara sterling turun sedikit menjadi 1,02702 dolar.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang saingannya naik 0,02 persen menjadi 103,36.
"Risalah FOMC tampak hawkish dengan beberapa anggota komite mendukung kenaikan suku bunga, meskipun tidak ada yang memilih pada akhirnya," kata Alvin Tan, kepala strategi valas Asia di RBC Capital Markets.
"Itu meningkatkan kesan bahwa jeda Juni adalah jeda sementara."
Pasar sekarang memperkirakan peluang 89 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini, menurut alat CME FedWatch.
Namun, yen melonjak lebih dari 0,5 persen terhadap dolar menjadi 143,86, karena kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan global, yang diakibatkan siklus pengetatan moneter yang agresif oleh bank-bank sentral utama, membebani selera risiko.
Mata uang Jepang secara tradisional dianggap sebagai aset tempat berlindung yang aman atau safe haven.
"(Yen) lebih kuat pada mode penghindaran risiko (risk-off) karena kekhawatiran pengetatan tambahan dapat membebani pertumbuhan aset-aset berisiko," kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC.
"Hal ini sebagian besar sejalan dengan kehati-hatian kami bahwa kekhawatiran pertumbuhan global dan suku bunga tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama dan mungkin akan mengekang selera risiko."
Dolar Australia tergelincir 0,02 persen menjadi 0,6652 dolar AS, setelah jatuh lebih dari 0,5 persen di sesi sebelumnya menyusul survei sektor swasta yang menunjukkan aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam lima bulan pada Juni.
Dolar Selandia Baru naik 0,11 persen menjadi 0,61855 dolar AS.
"Aussie sangat sensitif terhadap setiap berita dari China saat ini," kata Sean Callow, ahli strategi mata uang senior di Westpac.
"Sejak kita mendapatkan rebound pembukaan kembali dari penguncian di sektor jasa-jasa (di China) ... itu agak tidak merata, dan saya pikir pasar tidak yakin apakah pemerintah China serius dalam merangsang ekonomi."
Yuan China terakhir dibeli 7,2581 per dolar di pasar luar negeri, setelah turun sekitar 0,4 persen pada sesi sebelumnya. Bank sentral menetapkan kurs tengah yang lebih kuat dari perkiraan untuk hari keempat berturut-turut minggu ini, yang diyakini para pedagang sebagai upaya untuk mencegah yuan melemah terlalu cepat dan terlalu jauh.