Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di sesi Asia pada Kamis sore, meskipun mendapat beberapa dukungan dari imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang lebih tinggi karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve AS, sekalipun jika berhenti pekan depan.
BoC pada Rabu (7/6/2023) menaikkan suku bunga acuannya ke tertinggi 22 tahun di 4,75 persen setelah jeda empat bulan, sementara RBA pada Selasa (6/6/2023) juga menaikkan suku bunga seperempat poin ke tertinggi 11 tahun dan memperingatkan lebih banyak lagi yang akan datang.
Dolar Kanada terakhir sedikit lebih tinggi pada 1,3363 terhadap greenback, setelah naik ke puncak satu bulan 1,3321 dolar Kanada di sesi sebelumnya.
"Bank sentral Kanada dipandang sebagai salah satu pemimpin dalam bersikap proaktif dengan kebijakan moneter," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
"BoC memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat terjadi dan membuat semua orang memikirkan kembali bahwa Fed akan melakukannya setelah kenaikan Juli".
Di tempat lain, dolar AS turun sedikit di perdagangan Asia, dengan sterling naik 0,13 persen menjadi 1,2455 dolar, sementara euro naik 0,14 persen menjadi 1,0712 dolar. Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Rabu (7/6/2023) mencapai nada hawkish dan memandu bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga akan terjadi, dengan suku bunga kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Terhadap yen, greenback tergelincir 0,28 persen menjadi 139,76, dengan mata uang Jepang didukung oleh data revisi Kamis yang menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh lebih dari perkiraan semula pada Januari-Maret.
Indeks dolar AS turun 0,08 persen menjadi 103,96, meskipun penurunannya dibatasi oleh imbal hasil obligasi pemerintah AS yang masih tinggi.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, terakhir di 4,5608 persen, setelah menyentuh tertinggi lebih dari satu minggu di 4,604 persen di sesi sebelumnya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir di 3,7876 persen, setelah naik kira-kira 10 basis poin ke puncaknya di 3,801 persen pada Rabu (7/6/2023).
Pasar uang sekarang memperkirakan hampir sepertiga peluang bahwa Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakannya minggu depan.
"Berdasarkan komunikasi Fed baru-baru ini, kami pikir bank sentral condong ke arah melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan ini dan berpotensi pengetatan lebih lanjut," kata ekonom di ANZ, mengacu pada pertemuan FOMC minggu depan.
"Kami memperkirakan FOMC untuk meningkatkan perkiraan PDB dan inflasi untuk tahun 2023, dan dengan demikian pandangan suku bunga terminal yang lebih tinggi adalah suatu kemungkinan."
Di Asia, yuan di pasar domestik dan luar negeri melemah ke level terlemahnya dalam enam bulan terhadap dolar, semakin tertekan oleh kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi China pasca-pandemi kehilangan momentum.
Data yang dirilis pada Rabu (7/6/2023) menunjukkan ekspor China menyusut jauh lebih cepat dari yang diharapkan pada Mei sementara impor memperpanjang penurunan, meningkatkan keraguan tentang pemulihan ekonomi negara yang rapuh.
"Sampai batas tertentu, ada pandangan bahwa data perdagangan merupakan gejala lain dari pemulihan yang goyah," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.
Aussie terakhir 0,17 persen lebih tinggi pada 0,6664 dolar AS, setelah tergelincir hampir 0,3 persen di sesi sebelumnya, sementara kiwi naik 0,24 persen menjadi 0,6051 dolar AS, membalikkan penurunan 0,7 persen pada Rabu (7/6/2023).
Kedua mata uang Antipodean sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan China.
Dalam mata uang lain, lira Turki merosot ke rekor terendah 23,39 per dolar pada awal perdagangan Asia, dan tetap di bawah tekanan pada 23,33.