New York (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), ketika investor menunggu data inflasi dan penjualan ritel AS minggu ini, sementara yen melonjak terhadap dolar setelah komentar gubernur bank sentral Jepang meningkatkan ekspektasi akan beralih dari kebijakan suku bunga negatif.
Penurunan ini terjadi sebagai antisipasi pembacaan inflasi AS yang penting pada minggu ini. Sebagian besar pedagang bersiap untuk data harga konsumen (IHK) AS pada Rabu (13/9/2023), mengingat potensi pengaruhnya terhadap apakah Federal Reserve akan mempertahankan suku bunganya.
Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda mengatakan bank sentral dapat mengakhiri kebijakan suku bunga negatifnya ketika pencapaian target inflasi 2,0 persen sudah terlihat, surat kabar Yomiuri melaporkan pada Sabtu (9/9/2023), menandakan kemungkinan kenaikan suku bunga.
“Setelah kami yakin Jepang akan mengalami kenaikan inflasi yang berkelanjutan disertai dengan pertumbuhan upah, ada berbagai pilihan yang bisa kami ambil,” kata Ueda.
Yen Jepang menguat tajam terhadap dolar pada Senin (11/9/2023). "Komentar gubernur bank sentral Jepang mengenai suku bunga memicu risiko reli seluruh mata uang asing, memberikan tekanan pada dolar. Hal ini memberikan dorongan kecil bagi emas," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures.
Dolar AS dibeli 146,4880 yen Jepang pada Senin (11/9/2023), lebih rendah dari 147,8240 yen Jepang di sesi sebelumnya.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0745 dolar AS dari 1,0698 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2509 dolar AS dari 1,2453 dolar AS.
Dolar AS turun menjadi 0,8909 franc Swiss dari 0,8933 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3581 dolar Kanada dari 1,3643 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 11,0756 krona Swedia dari 11,1251 krona Swedia.