Jakarta (ANTARA) - PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Subholding PT PLN (Persero), berencana mengembangkan teknologi fasilitas pencampuran batu bara (Coal Blending Facility/CBF) di beberapa wilayah Indonesia untuk menjaga kesinambungan pasokan energi bagi PLTU yang membutuhkan batu bara kalori tinggi.
Fasilitas pencampuran batu bara ini akan menjadi bisnis baru bagi PLN EPI dan anak perusahaan untuk menciptakan produk batu bara yang sesuai dengan permintaan pasar melalui coal blending, kata Sekretaris Perusahaan PLN EPI Mamit Setiawan kepada wartawan di Jakarta, Jumat (17/11).
Menurut Mamit, uji coba penggunaan CBF di Cilegon, Banten, menunjukkan bahwa CBF merupakan teknologi yang paling strategis untuk menjamin pasokan batu bara ke pembangkit dan juga membuat operasional pembangkit lebih efisien. Hal ini juga diperkuat dari hasil pengujian laboratorium oleh Sucofindo.
Pada uji coba tersebut, dilakukan pencampuran batu bara kalori tinggi (HRC) dengan low rank calorie (LRC). Kedua jenis batu bara itu kemudian dicampur demi menciptakan value creation serta didistribusikan ke PLTU Jawa 7.
Selama ini, kebutuhan batu bara PLTU Jawa 7 ada di kalori 4.800 yang tidak mudah diperoleh di pasar domestik. Dengan adanya CBF ini, maka sumber batu bara kalori 3.800 (low rank coal) dari pemasok bisa dilakukan blending dengan high rank coal 5.800 sehingga mendapatkan kalori yang sesuai.
"Adanya pencampuran batu bara kalori 5.800 dengan kalori 3.800 ternyata memberikan dampak signifikan di mana hasilnya sangat bagus dan sesuai ekspektasi PLTU Jawa 7," kata Mamit.
Di sisi lain, hasil uji coba pengiriman ke PLTU Jawa 7 menunjukkan hanya butuh waktu 8 jam, sehingga
ada efisiensi (value creation) yang diperoleh hingga mencapai Rp27 miliar karena harganya bisa lebih murah.
Saat ini, fasilitas pencampuran batu bara yang dikelola PLN baru ada di Cilegon, Banten dengan kapasitas 30.000 - 40.000 ton dalam sekali blending. CBF di Cilegon ini merupakan kerja sama PLN EPI melalui anak perusahaan PT PLN Batubara Niaga (BBN) dengan PT Krakatau Bandar Samudera.
Meski begitu, keberhasilan uji coba CBF di Cilegon menarik minat PLTU lain membeli batu bara berkualitas dari PLN, seperti PLTU Labuan dan beberapa PLTU di Kalimantan. Hal itu dikarenakan batu bara yang beredar di pasar dalam negeri sebagian besar kalori rendah.
"Kebanyakan yang berminat memang pembangkit milik swasta atau Independent Power Producer (IPP) yang spesifikasi mesin pembangkitnya mengharuskan penggunaan batu bara kalori tinggi," ujar Mamit.
Penggunaan batu bara kalori tinggi, lanjut Mamit, mempunyai kelebihan terkait dalam hal menjaga kekuatan serta pemeliharaan (maintenance) PLTU. Penggunaan batu bara HRC juga menghasilkan abu dan emisi yang rendah sehingga lebih ramah lingkungan.