Jambi (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi memastikan program gerakan pengendalian inflasi pangan (GNPIP) terus berlanjut sebagai langkah antisipasi dorongan inflasi pada akhir tahun 2023.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jambi Hermanto di Jambi, Kamis, mengatakan dalam memitigasi risiko inflasi, BI Jambi siap melanjutkan sinergi bersama Pemda, tim pengendali inflasi daerah (TPID) dan tim satgas pangan serta melanjutkan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP).
"Tujuannya untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi," kata dia.
BI Jambi memperkirakan pada Desember 2023, daerah setempat kembali mengalami inflasi. Menurutnya, inflasi didorong oleh harga aneka komoditas cabai yang bertahan pada level tinggi akibat belum pulihnya pasokan.
Selain itu, penyesuaian tarif PDAM untuk rumah tangga kelas satu yang pada Desember 2023 diperkirakan mendorong peningkatan inflasi di kelompok administered price.
Sementara itu, sebagaimana pola perayaan Natal dan tahun baru dimana terdapat peningkatan mobilitas masyarakat berpotensi mendorong peningkatan tarif angkutan udara (terutama apabila terdapat kebijakan peningkatan tarif batas atas angkutan udara).
Merujuk rilis indeks harga konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS), secara bulanan IHK gabungan Kota Jambi dan Kabupaten Bungo pada November 2023 mengalami inflasi sebesar 0,79 persen (mtm).
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan periode Oktober 2023 yang tercatat inflasi sebesar 0,44 persen (mtm). Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,38 persen (mtm).
Adapun jenis barang/jasa yang mendorong inflasi antara lain komoditas cabai merah, ikan nila, cabai rawit, bawang merah, dan angkutan udara. Berdasarkan realisasi tersebut, inflasi gabungan Kota Jambi dan Kabupaten Bungo tercatat sebesar 3,75 persen (yoy).
Ia mengatakan kemarau panjang yang terjadi sebagai imbas masuknya El Nino masih berdampak terhadap belum maksimalnya produksi aneka cabai, seperti cabai merah dan cabai rawit sehingga menurunkan jumlah pasokan dan mendorong peningkatan harga.
Kondisi harga dengan kecenderungan tren yang meningkat, mendorong petani untuk menunda panen cabai agar tumbuh lebih besar dan mencapai tingkat kematangan yang lebih baik sehingga dapat memaksimalkan pendapatan.
Sejalan dengan produksi aneka cabai yang tertahan, berakhirnya periode puncak panen raya bawang merah di beberapa daerah sentra produksi antara lain Sumatera Selatan dan Lampung berdampak terhadap peningkatan harga akibat mulai terbatasnya pasokan.
Selanjutnya, berkurangnya debit air di sepanjang alur Sungai Batanghari sebagai dampak kekeringan berkepanjangan mengakibatkan meningkatnya tingkat kematian ikan di keramba sehingga menurunkan jumlah pasokan dan menambah tekanan harga ikan nila.
Sementara itu, harga avtur yang relatif stabil tinggi berdampak kepada masih berlanjutnya penyesuaian tarif angkutan udara yang naik secara bertahap. Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga daging ayam ras, semen, bensin, bawang putih dan telepon seluler.
BI Jambi pastikan GNPIP berlanjut hingga akhir tahun
Jumat, 8 Desember 2023 0:13 WIB