Jambi (ANTARA Jambi) - Bencana banjir yang melanda sebagian daerah di Jambi dinilai akibat kerusakan hutan di bagian hulu daerah itu.

"Hutan sebagai kawasan resapan air rusak karena berbagai kegiatan baik perambahan maupun korporasi. Ironisnya, hutan yang rusak merupakan kawasan hulu di Jambi," ujar Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Jambi, Rakhmad Hidayat di Jambi, Rabu.

Ia mencontohkan, kawasan hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan bagian hulu Provinsi Jambi.

Sayangnya, kawasan hutan seluas kurang lebih 1,2 juta hektare di Provinsi Jambi itu terus diganggu oleh kegiatan perambahan ilegal. Akibatnya, hutan sebagai daerah serapan air saat musim hujan menjadi kritis.

"Buktinya, hampir setiap tahun terjadi banjir di Jambi. Bahkan hampir semua kabupaten mengalami itu," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Wilayah I TNKS Agusman mengatakan, akibat kerusakan hutan di bagian hulu sungai, menyebabkan intensitas air menjadi tinggi dan mengalir ke sungai.

"Kondisi ini diakibatkan karena rusaknya hutan sebagai daerah serapan. Karena air tidak terserap dengan baik, alirannya menyebabkan debit air sungai meningkat dan menyebabkan banjir," jelasnya.

Ia menyebutkan, sedikitnya 100 hektare kawasan TNKS rusak dan kritis akibat perambahan yang kerap terjadi di daerah itu. Aksi perambahan hampir setiap tahun terjadi di daerah itu.

"Kerusakan TNKS juga akibat beberapa aktifitas oknum masyarakat yang biasanya mengklaim lahan TNKS," katanya.

Untuk menjaga kawasan TNKS dari perambahan dan aktifitas ilegal maupun pemulihan kawasan kritis, pihak TNKS telah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kerinci TNI dan polisi serta pihak terkait lainnya.

"Pada 2011 kami telah menanam pohon di kawasan kritis seluas 1.925 hektare dan pada 2012 ini lahan yang ditanami pohon mencapai 2.000 hektare," ujarnya.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012