Jambi (ANTARA Jambi) - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Jambi menyatakan Provinsi Jambi membutuhkan koridor khusus untuk menanggulangi munculnya konflik satwa liar dengan manusia di daerah itu.
"Timbulnya konflik harimau dengan manusia satu setengah bulan terakhir ini karena terganggunya habitat satwa liar ini. Kondisi ini bisa dihindari jika ada kawasan khusus sebagai koridor satwa liar di Jambi," ujar Direktur KKI Warsi Jambi Rakhmad Hidayat di Jambi, Selasa.
Menurut dia, koridor tersebut meliputi kawasan yang menghubungkan kawasan hutan di Jambi seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sebagai kantong harimau Sumatra disebelah barat Jambi dengan beberapa kawasan lain seperti Taman Nasional Bukit Tigapuluh hingga diujung timur Jambi yakni Taman Nasional Berbak (TNB).
Di dalam koridor itu, pemerintah daerah maupun pusat harus membuat aturan khusus agar tidak boleh dibuat pemukiman maupun usaha perusahaan seperti perkebunan, pertambangan hingga kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI).
"Hanya saja, faktanya, pola pembangunan di Jambi hanya berorientasi ekonomi semata. Tapi tidak berorientasi pada pemeliharaan lingkungan," katanya.
Ia mengatakan, munculnya konflik satwa harimau yang menyebabkan satu orang meninggal dan empat luka luka menandakan rusaknya ekosistem hutan sebagai kawasan kembang biak satwa.
"Akibat rusaknya ekosistem telah memutus mata rantai harimau, sehingga akhirnya masuk ke pemukiman warga dan menimbulkan konflik dengan manusia. Faktanya juga, saat ini tidak hanya harimau namun juga gajah dan beruang," jelasnya.
Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi saat ini tengah disibukkan menangkap satu ekor harimau betina yang keluar dan menyerang beberapa warga di daerah itu sejak satu setengah bulan terakhir.
Kemunculan harimau ini pertamakali terpantau di daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan melukai satu orang petani sawit di daerah itu. Beberapa hari kemudian, beberapa warga Kabupaten Batanghari dihebohkan kemunculan harimau yang menyerang ternak warga.
Untuk menangkap harimau yang diduga menderita penyakit syaraf ini, BKSDA Jambi menggandeng beberapa petugas khusus dari Kementrian Kehutanan, Taman Safari Indonesia, praktisi satwa liar dan beberapa petugas dari organisasi pemerhati satwa di Indonesia.(Ant)