Jambi (ANTARA) - Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) minta dilakukan audit kepatuhan kepada perusahaan yang ada di lahan gambut untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Jambi pada tahun ini.
"Audit kepatuhan itu dilakukan untuk bisa segera mengantisipasi terjadinya karhutla 2023, karena lahan gambut bukan sumber masalah, akan tetapi bencana dapat bermula dari pengelolaan gambut yang abai dan tidak memperhatikan karakteristik-nya sebagai lahan basah," kata Direktur KKI Warsi Adi Junedi, di Jambi, Senin.
KKI Wasri bersama Aliansi Insan Lingkungan Lestari (Ailints) menyebutkan para pihak baik pemerintah dan swasta memiliki tanggung jawab restorasi untuk pemulihan dan pencegahan kebakaran di lahan gambut.
Pada awal 2023 BMKG sudah mengeluarkan peringatan bahwa tahun 2023 akan memasuki siklus empat tahunan El Nino yang memungkinkan terjadi musim kemarau lebih panjang dan pada musim tersebut Jambi termasuk provinsi langganan karhutla.
"Analisis Citra Sentinel 2 yang dilakukan unit GIS KKI Warsi, pada kemarau 2019 Jambi mengalami kebakaran seluas 102.546 hektare dan di 2015 seluas 85.658 hektare. Melihat data ini, siklus empat tahunan masih menghantui Jambi dan terkhusus pada lahan gambut," kata Adi Junedi.
Gambut Jambi seluas 694.349 hektare menjadi areal rawan kebakaran karena adanya kanalisasi gambut untuk menurunkan muka air gambut sehingga bisa ditanami dengan tanaman yang tidak adaptif terhadap kondisi gambut seperti akasia dan sawit.
Dari data perizinan, hutan tanaman yang berada di lahan gambut tercatat 61.085 hektare. Dari luas ini, 16.013 hektare diantaranya merupakan lahan gambut dengan kedalaman lebih dari empat meter atau terkategori gambut sangat dalam. Sementara itu kawasan perkebunan di lahan gambut seluas 320.132 hektare dan 43.808 hektare berada di kawasan gambut sangat dalam atau lebih empat meter.
Adi mengatakan pengalaman yang terdahulu menunjukkan pada setiap musim kemarau panjang, kebakaran hampir bisa dipastikan terjadi. Merujuk pada 2015 dan 2019, gambut di Jambi dilahap api. Berkaca di kurun waktu itu kebakaran lahan gambut meluluhlantakkan Provinsi Jambi.
Bencana itu menyebabkan banyak orang sakit ISPA, sekolah ditutup, aktivitas di bandara lumpuh, dan ekosistem hancur. Hal ini terjadi karena kanalisasi lahan gambut untuk menurunkan muka air gambut atau pengeringan. Penurunan muka air gambut membuat gambut kehilangan fungsinya sebagai penyerap air. Pada musim kemarau air gambut akan hilang, sehingga kandungan organik yang ada di lahan itu menjadi sangat mudah terbakar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Antisipasi karhutla, audit kepatuhan perusahaan di lahan gambut
Warsih minta audit kepatuhan perusahaan di lahan gambut
Senin, 17 April 2023 21:40 WIB