Magelang, (ANTARA Jambi) - Sebanyak 4,5 juta anak di Indonesia terlantar karena berbagai masalah yang dihadapi, kata Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri.
Mereka rentan diperlakukan diskriminasi oleh lingkungan dan keluarga sehingga mengancam tumbuh kembangnya, katanya di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.
Selain 4,5 juta anak telantar, terdapat 2,5 juta dari 24 juta lanjut usia di Indonesia juga telantar. Dari 4,5 juta anak telantar, sekitar 1,2 juta di antaranya balita.
Kategori anak telantar ini, tidak hanya yang berada di jalanan, tapi juga yang berada di dalam rumah namun mendapat perlakukan tidak seharusnya dari orang tuanya.
"Bisa saja anak di dalam rumah telantar, karena dieksploitasi oleh orang tuanya, kemudian tumbuh kembangnya tidak sehat, kebutuhan gizinya tidak tercukupi, dan ada diskriminasi," katanya.
Ia mencontohkan, anak balita dieksploitasi orang tuanya dengan digendong di jalanan untuk mendapatkan simpati dan mendapat uang. Agar tenang anak tersebut diberi obat tidur sehingga tumbuh kembangnya tidak sehat.
Kementerian Sosial mempunyai program untuk menangani masalah anak telantar, yakni kesejahteraan sosial anak (KSA) dengan anggaran jika dimaksimalkan cukup untuk menangani 300 ribu anak terlantar.
Salah satu program unggulan Kementerian Sosial tersebut sudah berjalan untuk menangani anak jalanan di Jakarta dengan keberhasilan sekitar 80 hingga 90 perse"Anggaran program KSA sekitar Rp281 miliar untuk menangani 150 ribu anak telantar. Namun, akan dimaksimalkan untuk penanganan anak telantar pada tahun ini bisa mencapai 300 ribu anak," katanya.
Melalui KSA anak-anak telantar yang ditangani bisa kembali sekolah, kembali ke orang tuanya, dan mempunyai semangat untuk menggapai cita-citanya sehingga tidak lagi berada di jalanan.
Untuk menangani masalah anak telantar memang tidak mudah, pemerintah daerah dan dunia usaha harus membantu, kata Mensos.
(U.H018)