Jambi (ANTARA Jambi) - Uji Geo Penetrating Radar (GPR) yang dilakukan di kawasan situs percandian Muarojambi, Provinsi Jambi, mendeteksi adanya struktur diduga komplek percandian lain yang berada di bawah lapisan tanah di kawasan situs percandian tersebut.
"Sudah dua kali uji GPR yang dilakukan tim ahli dari Badan Geologi Kementerian ESDM atas kawasan situs percandian Muarojambi, ditemukan adanya struktur mirip candi dan lingkungannya seperti adanya terowongan atau kanal di bawah lapisan tanah yang menjadi kawasan situs percandian Muarojambi saat ini," kata Kabid Purbakala Disbudpar Jambi Ujang Hariadi di Jambi, Jumat.
Karena itu, para ahli menduga kuat bahwa Candi Muarojambi tidak hanya komplek percandian yang berada di atas permukaan saat ini, tapi masih ada komplek lainnya yang lebih dahulu keberadaannya dibanding komplek di permukaan.
Bahkan para ahli berpendapat komplek candi di permukaan kawasan saat ini adalah candi pengganti berumur lebih muda yang dibangun sebagai pengganti candi sebelumnya yang terbenam atau tertimbun tanah setelah satu abad komplek candi pertama tertimbun.
''Para Ahli Badan Geologi termasuk Oki Oktariadi mengatakan kuat dugaan kalau lapisan struktur mirip candi yang berada di bawah lapisan tanah tersebut adalah komplek candi yang lebih dulu dibangun, namun dikarenakan suatu sebab perubahan alam maka tertimbun, dan pada generasi berikutnya dibangun kembali candi-candi baru yakni yang terlihat di permukaan saat ini,'' kata Ujang.
Timbunan tersebut adalah lapisan aluvial tanah endapan yang sangat dimungkinkan terjadi karena kawasan situs tersebut berada di kawasan dataran rendah Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera.
Menurut ahli geologi, endapan itu dimungkinkan terjadi karena banjir besar Sungai Batanghari yang membawa longsoran tanah dari hulunya dalam jumlah yang sangat besar.
Atau kemungkinan kedua kawasan tersebut dulunya adalah dekat dengan garis pantai dan pernah dilanda tsunami besar pada masa lampau, misalnya bisa saja terlanda tsunami akibat meletusnya gunung yang setara letusan Tambora di NTB pada 1815 atau letusan gunung Krakatau yang keduanya sangat besar dan memberi dampak luas terhadap dunia, kata Ujang.
Untuk memastikannya tentu saja tidak bisa disimpulkan saat ini karena diperlukan penelitian lebih lanjut khususnya ekskavasi oleh arkeleog.(Ant)