Jakarta (ANTARA Jambi) - Lima dari 17 penyakit tropis terabaikan yang masih ada di seluruh dunia masih endemis di Indonesia yaitu filariasis, schistosomiasis, kecacingan, kusta, dan frambusia.
"Ini masih serius dan berbahaya, karena kita anggap tidak penting lagi tapi penderitanya masih banyak, meskipun persentasenya tidak sampai satu persen," kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi usai membuka ASEAN Seminar on Neglected Tropical Diseases di Jakarta, Jumat.
Nafsiah mencontohkan penyakit filariasis atau "kaki gajah" yang jumlah penderitanya pada 2011 mencapai 12.066 orang dari 334 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Khusus untuk penyakit kaki gajah tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan pemberian obat massal pencegahan di 119 kabupate/kota untuk 23,9 juta orang.
Untuk schistosomiasis, masih menjadi endemis di daerah Lembah Napu, Lindu dan Bada Sulawesi Tengah yang ditularkan oleh vektor binatang seperti tikus atau keong.
"Pada 2011 di tikus jumlahnya meningkat, di keong juga meningkat lagi. Ini kalau tidak diatasi akan meningkat juga infeksinya," ujar Menkes.
Meskipun demikian, prevalensi schistosomiasis mengalami penurunan yaitu di Lembah Napu turun dari 4,78 persen ditahun 2010 menjadi 0,31 persen ditahun 2011 dan di Lembah Lindu menurun dari 4,6 persen ditahun 2010 menjadi 0,89 persen di 2011.
Penyakit ketiga adalah kecacingan yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama untuk cacing gelang (ascaris limbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura) dan cacing tambang (ancylostoma duodenale dan necator americanus).
Penyakit lain yang masih mengancam Indonesia adalah kusta dimana masih ditemukan penderita baru sebanyak 17 ribu orang per tahun dari 33 provinsi di Indonesia.
"Indonesia telah mencapai eliminasi kusta pada tahun 2010, namun setelah lebih dari 10 tahun angka CDR tidak menurun dan secara global masih menempati urutan ketiga sebagai kontributor kasus baru kusta pada 2010," kata Menkes.
Selain kusta, penyakit tropis kelima yang masih menjadi endemis adalah frambusia dimana masih dilaporkan ada 5.000 kasus baru per tahun.
WHO Representative to Indonesia Kanchit Limpakarnjanarat mengatakan meskipun penyakit-penyakit tersebut statusnya terabaikan namun sangat penting karena berhubungan erat dengan kemiskinan, yaitu penderitanya kebanyakan adalah orang miskin.(Ant)