Jambi (ANTARA Jambi) - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengimbau agar warga yang tengah membuka lahan di kawasan Hutan Harapan, Jambi segera menghentikan aktivitasnya.
"Saya lihat tadi banyak pemuda-pemuda besar, dilengkapi alat-alat berat seperti eskafator. Saya minta segera hentikan itu, karena ini adalah kawasan hutan negara," ujar Menteri saat berkunjung ke Hutan Harapan yang dikelola oleh PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) di Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi, Senin.
Menurut dia, jika aktivitas pembukaan hutan yang diduga didanai oleh para pemodal besar itu tetap saja dilakukan maka konsekuensinya adalah penindakkan secara hukum.
"Kan tidak boleh membuka lahan antara 500 hingga seribu hektare. Ini jelas ada yang mendanai, apalagi di dalam kawasan hutan restorasi," katanya.
Menteri mengakui, tidak semua warga yang menempati kawasan Hutan Harapan itu adalah perambah, sebab ada beberapa orang yang memang membuka lahan untuk bercocok tanam.
Terkait hal itu, Menhut mengindikasikan akan diupayakan areal pencadangan di kawasan Hutan Harapan tersebut.
"Yang jelas, kami harus berlaku adil, karena tidak semua warga yang ada perambah. Untuk itu, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah khususnya warga di tiga desa, Kunangan Jaya I, Kunangan Jaya II dan Mekar Jaya," jelasnya.
Hutan Harapan merupakan kawasan seluas 101 ribu hektare dan membentang dari Provinsi Jambi hingga Sumatera Selatan.
Izin Hutan Harapan yang dikelola PT REKI itu dikeluarkan pada 2010 sebagai kawasan hutan restorasi yang tujuannya adalah mengembalikan kawasan hutan ke bentuk semula, dimana Hutan Harapan adalah eks Hak Pengelolaan Hutan (HPH) PT Asialog.
Menurut menteri, Hutan Harapan merupakan proyek percontohan pertama kali di Indonesia yang pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan non-provit.
"Saat ini sudah ada proyek yang sama di Kalimantan. Ini merupakan upaya mulia yang ingin mengembalikan kawasan hutan di Indonesia, sebab kawasan hutan yang benar-benar murni sudah sedikit. Di Sumatera saja hanya tinggal 30 persen yang baik," katanya.
Berdasarkan data di PT REKI, dari total luas lahan 101 ribu hektare, 20 ribu hektare lebih di antaranya telah rusak dan berubah menjadi perkebunan sawit.(Ant)