Jambi (ANTARA Jambi) - Seorang ibu dan jabang bayi dalam kandungannya yang sempat terlantar lebih dari lima jam tidak mendapat pelayanan medis di RSUD Raden Mataher Jambi, akhirnya meninggal dunia.
Ketika dikonfirmasi wartawan, Rabu, dr Herlambang, dokter speslialis kandungan RSUD Raden Mataher, Jambi, membenarkan meninggalnya ibu dan bayinya pada Selasa (15/1).
Disebutkannya, kondisi pasien ibu saat datang ke RSUD sudah sangat parah, sehingga tidak dapat ditolong lagi.
"Kondisinya sangat jelek, sehingga tidak dapat ditolong lagi. Kami sudah benar, Kami tidak lamban, Kami telah tangani sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan standar. Hanya saja kondisi pasien memang sudah turun," katanya.
Sementara itu, Andri Warsuda, suami pasien, mengatakan, kondisi istrinya beberapa jam sebelum meninggal dunia masih cukup kuat.
"Istri saya kondisinya masih kuat, namun anak dalam kandungannya memang sudah meninggal dunia, seperti dikatakan dokter UGD RSUD tersebut," kata dia.
Oleh pihak IGD, ujar Adri, istrinya dirujuk ke ICU untuk mendapatkan pertolongan medis yakni menyelamatkan sang ibu dan mengeluarkan jabang bayinya yang sudah meninggal dunia.
Namun, hingga pukul 22.00 WIB, sejak masuk pukul 17.00 WIB sang istri yang bernama Angga Tiara (19 tahun) tidak mendapat pertolongan yang semestinya dari pihak rumah sakit.
"Dia meninggal dunia setelah hampir lima jam terlantar di IGD dan Ruang Kebidanan RSUD Raden Mataher, Jambi, tanpa bantuan medis dan penanganan dari dokter," katanya.
"Kami sangat kecewa sekali dengan pelayanan RSUD ini sehingga dua nyawa melayang sekaligus dalam waktu yang berdekatan akibat tidak ada pertologan medis yang semestinya dari RSUD," katanya.
Andri Warsuda mengatakan, istrinya yang sedang mengandung delapan bulan tiba-tiba merasa lemas dan terbaring di rumahnya, di Jalan Yos Sudarso, Jambi Timur pada Senin (14/1) lalu.
Menurut Andri, pihaknya akan menuntut RSUD Raden Mataher karena sudah lalai dan menyebabkan dua nyawa istri dan anaknya hilang.
"Kami akan menuntut RSUD Raden Mataher, karena sudah lalai dalam pelayanan dan mengabaikan keselamatan pasien yang dalam kondisi kritis," katanya.(Ant)