Jakarta (ANTARA Jambi) - Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak letusan gunung berapi yang bisa berbahaya bagi kesehatan.
"Secara umum dampak letusan Gunung berapi yang perlu diwaspadai terbagi dua yaitu dampak akibat padatan/debu dan gas yang beracun atau potensial membahayakan," kata Tjandra di Jakarta, Jumat.
Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pertama meletus pada Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB dan abu letusannya menyebar hingga Malang, Surabaya, Banyuwangi, dan Ampenan (NTB) serta Jawa Barat.
Debu tebal yang menyelimuti kota-kota tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dan iritasi mata dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius jika mengandung beberapa unsur logam.
"Unsur-unsur logam yang perlu diwaspadai terutama adalah Silica, yang secara fisik berupa butiran kecil dan sangat tajam, sehingga bila terhirup akan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan. Akibat lebih serius bisa batuk batuk bahkan bisa iritasi berat pada saluran pernafasan," papar Tjandra.
Logam yang lain yang ada pada debu vulkanik umumnya berupa natrium, calsium, kalium yang apabila tercampur debu dan terhirup maka juga mengakibatkan iritasi.
Sedangkan komponen logam yang lain seperti timbal, seng, cadmium tembaga biasanya kadarnya cukup rendah, berdasarkan pengamatan dari letusan gunung berapi sebelumnya.
Selain debu, kandungan gas yang dikeluarkan letusan gunung berapi juga diminta untuk diwaspadai karena dapat membentuk gas SO2 dan dengan reaksi alam dapat membentuk unsur sulfat yang sangat iritatif baik pada kulit, mata dan saluran pernafasan.
Kandungan gas lain yang meningkat paskaletusan gunung berapi adalah karbon monoksida (CO) yang bersifat mengikat oksigen, sehingga bila terhirup maka orang bisa meninggal karena kekurangan oksigen serta NO2 yang berpotensi mengakibatkan iritasi pada mata dan pernafasan.
Secara umum, Tjandra menyebut ada enam penyakit yang perlu diwaspadai sebagai dampak dari letusan gunung berapi yaitu infeksi saluran pernafasan akut (ISAP), penyakit terkait fungsi pernafasan seperti pneumonia, bronkitis dan infeksi saluran napas bawah lainnya.
Selain itu, iritasi mata dalam bentuk radang dan alergi, iritasi kulit, infeksi dan alergi, gangguan saluran cerna serta perburukan dari penyakit kronik yang sudah lama dihadapi baik karena daya tahan tubuh yang turun maupun karena stres atau lalai makan obat karena sibuk.
Untuk langkah pencegahan, Tjandra mengimbau masyarakat untuk menghindari keluar rumah bila tidak perlu, menghindari berkendara terutama dengan sepeda motor untuk sementara, menggunakan masker jika harus keluar rumah, menutup sarana air seperti sumur gali terbuka dan penampungan air terbuka jangan terkena debu, mencuci dengan bersih semua makanan, buah, sayur serta segera berobat ke sarana pelayanan Kesehatan bila dirasakan ada yg sakit seperti batuk, sesak nafasnya, iritasi mata dan kulit.
"Bila memang sudah punya penyakit kronik maka pastikan obat rutin yang biasa dimakan harus selalu dikonsumsi dan selalu lakukan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)," demikian Tjandra.(Ant)