Kupang (ANTARA Jambi) - Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Brigjen TNI Heri Wiranto mengatakan keluarga korban penyanderaan yang dilakukan oleh Kelompok bersenjata di Lahada Datu, Sabah, Malaysia telah ditemukan setelah dilakukan pencarian oleh TNI bersama Pemda.
"Saya kemarin sudah perintahkan Koramil Flores Timur untuk langsung mencari keluarga korban agar bisa langsung diinformasikan," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa.
Dari hasil pencarian tersebut akhirnya TNI dan Pemda Flores Timur berhasil menemukan keluarga dari tiga korban penyanderaan yang diduga dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf pada Sabtu (9/7) lalu.
Ketiga korban yang disandera tersebut adalah Emanuel, Teodorus Kopong dan Lorens Koten yang semuanya diculik saat sedang melaut di perairan Malaysia.
Dari data yang diperoleh olehnya diketahui bahwa ABK yang bernama Emanuel tersebut bernama lengkap Emanuel Arakian Marang yang terdaftar sebagai warga Laton Liwo, Kecamatan Tanjung Bunga Flores Timur. Namun setelah dicek, diketahui bahwa Emanuel sendiri telah memalsukan alamat Kartu Tanda Penduduknya yang menyatakan dirinya berasal dari Desa Lewohala, Kecamatan Ile Mandiri pulau Adonara yang telah berangkat ke Malaysia sejak I Januari 2016 lalu.
Emanuel sendiri diketahui memiliki istri bernama Yasinta Pusaka Koten dan mempunyai seorang anak yang saat ini berumur 13 tahun.
"Jadi sebenarnya dia tidak terdaftar sebagai warga di Desa Lewohala, tetapi di Tanjung Bunga. Inilah yang mengakibatkan TNI dan Pemda sedikit kesulitan menjadi keluarga korban," tuturnya.
Yang kedua adalah Laurens Lagadoni Koten memiliki seorang istri bernama Resiana Piter dan tiga orang anak yang saat ini masih berada di Toraja, Sulawesi Selatan. Laurens sendiri merupakan warga Flores Timur yang terdaftar di Laton Liwo, Kecamatan Tanjung Bunga Flores Timur.
Korban penyanderaan yang ketiga adalah Theodorus Kopong warga Laton Liwo, Kecamatan Tanjung Bunga Flores Timur, NTT. Theodorus saat ini berstatus sebagai seorang bapak dengan memiliki dua orang anak yang masih berumur 15 tahun dan 12 tahun. Kemudian istrinya bernama Margareta Hading Hurit.
TNI serta Pemda setempat sendiri telah menyampaikan kabar soal penyanderaan tersebut dan telah menguatkan keluarga korban dan memberikan informasi akurat tentang kondisi yang terjadi dan langkah-langkah apa yang harus diambil oleh pemerintah Indonesia. (Ant)