Washington (ANTARA Jambi) - Para astronaut yang melakukan misi
antariksa panjang mengalami pelemahan otot yang mendukung tulang
belakang, dan pelemahan otot itu tidak kembali normal setelah beberapa
pekan di Bumi menurut para peneliti Amerika Serikat.
Studi yang
didanai Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan
dipublikasikan di jurnal Spine membawa wawasan baru mengenai peningkatan
sakit punggung dan penyakit cakram tulang belakang yang berkaitan
dengan penerbangan ruang angkasa jangka panjang.
Sakit punggung umum dalam misi jangka panjang, dengan lebih dari separuh anggota kru melaporkan sakit tulang belakang.
Para astronaut juga mengalami peningkatan risiko kelainan tulang belakang yang disebut spinal disc herniation
berbulan-bulan setelah kembali dari penerbangan luar angkasa, sekitar
empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Masalah
tulang belakang di antara para astronaut disertai dengan sekitar empat
sentimeter tinggi badan diperkirakan terjadi karena perubahan tulang
belakang dan bagian tubuh lain akibat mikrogravitasi.
Dalam studi
yang baru, enam astronaut NASA diperiksa sebelum dan sesudah
menghabiskan empat sampai tujuh bulan dalam kondisi gravitasi mikro di
Stasiun Antariksa Internasional.
Masing-masing astronot menjalani pemeriksaan tulang belakang menggunakan pencitraan resonansi magnetik (Magnetic Resonance Imaging/MRI) sebelum misi, segera setelah mereka kembali ke Bumi dan dua bulan kemudian.
Pemindaian
MRI mengindikasikan otot-otot tulang belakang para astronaut selama
berada di antariksa menyusut sekitar 19 persen. Sebulan atau dua bulan
kemudian, hanya sekitar dua per tiga penyusutan yang pulih.
Sebaliknya, tidak ada perubahan konsisten dalam tinggi cakram intervertebral tulang belakang.
"Temuan
ini bertentangan dengan pemikiran ilmiah saat ini tentang efek
gravitasi mikro pada pembengkakan cakram," kata Douglas Chang, penulis
utama hasil studi dari University of California San Diego, dalam satu
pernyataan.
"Studi lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan
efeknya pada tinggi cakram, menentukan apakah mereka berkontribusi pada
peningkatan tinggi badan selama misi antariksa, dan pada peningkatan
risiko herniated disc," katanya.
"Namun demikian,
informasi seperti inilah yang bisa membantu kebutuhan informasi untuk
menopang misi luar angkasa yang lebih panjang, seperti misi berawak ke
Mars," katanya.
Chang mengatakan temuan-temuan ini menunjukkan
cara-cara yang mungkin untuk mengurangi efek penerbangan luar angkasa
pada tulang belakang.
Contohnya, latihan penguatan inti seperti
yang direkomendasikan bagi pasien dengan sakit punggung di Bumi, mungkin
perlu ditambahkan dalam program latihan olahraga astronaut.
Yoga
bisa menjadi pendekatan lain yang menjanjikan, khususnya untuk
mengatasi kekakuan tulang belakang dan penurunan mobilitas, tambah Chang
sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Otot tulang belakang astronaut susut setelah berbulan-bulan di antariksa
Rabu, 26 Oktober 2016 14:10 WIB