Mangupura (Antaranews Jambi) - Umat Hindu di wilayah Desa Adat Tuban, Kabupaten Badung, Bali, menggelar persembahyangan Hari Raya Saraswati, yaitu hari turunnya ilmu pengetahuan yang pada tahun ini jatuh bertepatan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1940.
"Kami tetap menggelar persembahyangan Hari Raya Saraswati secara sederhana dan tidak memobilisasi massa," ujar Bendesa Adat Tuban, I Wayan Mendra, di Mangupura, Badung, Sabtu.
Wayan Mendra menjelaskan, seluruh rangkaian perayaan dan persembahyangan Hari Raya Saraswati yang digelar di wilayahnya, juga harus selesai sebelum pukul 06.00 Wita.
"Sembahyang Saraswati harus selesai sebelum pukul 06.00, karena jika lewat dari itu sudah memasuki Hari Raya Nyepi. Umat Hindu harus mulai menjalankan Catur Brata Penyepian," katanya.
Pemangku atau pemuka agama Hindu, Pura Desa Tuban, I Wayan Darmawan mengatakan, Hari Raya Saraswati maupun Hari Raya Nyepi, semuanya harus tetap dirayakan oleh umat Hindu.
"Saat Nyepi kami harus menjalankan catur Brata penyepian, saat Saraswati kami melakukan hal-hal sebaliknya. Jadi kami mengatur waktunya sehingga kedua hari raya tersebut sama-sama dapat kami peringati," katanya.
Wayan Darmawan menjelaskan, terdapat perbedaan pelaksanaan perayaan dan persembahyangan Hari Raya Saraswati yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi ini.
"Biasanya, seluruh masyarakat desa merayakan Hari Raya Saraswati pada sore hari. Hari ini, tidak seluruh warga desa mengikuti persembahyangan dan sebelum jam 06.00 Wita kami harus kembali ke rumah. Namun itu tidak mengurangi makna hari raya," ujarnya.
Sementara itu, Sabtu siang, suasana di wilayah Desa Adat Tuban tampak sepi dan hening tanpa aktivitas warga. Hal tersebut karena umat Hindu setempat sedang menjalani Catur Brata penyepian Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940.
Puluhan pecalang (petugas keamanan adat Bali) di kawasan itu juga tampak terus berjaga dan berpatroli untuk memastikan tidak ada warga dan masyarakat yang beraktivitas di luar rumah.