Jambi (Antaranews Jambi)- Jambi Performing Art Festival (JapaFest) 2018 yang digelar di Taman Budaya Jambi, Sungai Kambang, Kota Jambi melibatkan puluhan seniman dari tiga kota di Sumatera, kata Ketua Panitia JapaFest, Suwandi.
Suwandi di Jambi, Jumat, mengatakan pagelaran JapaFest yang digelar oleh sebuah lembaga nirlaba Incung Art dan Culture Managemen itu dimulai 31 Agustus hingga 1 September 2018.
"JapaFest sebagai medium untuk menampilkan karya terbaik seniman Sumatera. Tahun pertama ini kita laksanakan dengan melibatkan puluhan seniman, dari tiga kota, Medan, Padang Panjang dan Jambi," kata Wendi.
Bahkan dalam JapaFest itu beberapa tokoh teater Indonesia seperti Yusril Katil akan menurunkan karya Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh di Situ.
Selanjutnya tokoh Randai Sumatera Barat, Zulkifli dengan judul Si Rabuang Ameh. Kemudian drama tari yang digagas Nurwani, Dosen Universitas Negeri Medan (Unimed) dengan judul Ratok Lareh Pengulu. Terakhir, dari Jambi Defni Aulia yang mengusung musik etnik yakni Rinok.
Wendy, sapaan akrab Suwandi menjelaskan pelaksanaan JapaFest telah menyedot perhatian seniman teater, tari, musik dan sastra di Sumatera.
"Namun dengan alasan menjaga kualitas, Incung membatasi peserta, yakni seniman yang memiliki latar belakang akademisi seni yakni dari Universitas Jambi, Universitas Negeri Medan dan Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang," kata dia.
Kemudian lanjut dia, beberapa karya yang ditampilkan di JapaFest sudah berkelas dunia karena telah dipentaskan dibeberapa negara di Asia dan Eropa.
Dia berharap pertunjukkan dengan kualitas dan misi yang jelas ini diapresiasi masyarakat secara luas.
Sebagai gambaran dia menuturkan, bahwa pertunjukkan teater dengan judul Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh di Situ karya Yusril Katil itu berangkat dengan konsep dari pandangan objektif terhadap pendidikan dasar yang berlangsung di Indonesia.
Terdapat sembilan aktor yang akan merekonstruksi tubuh dan simbol-simbol di atas pentas tentang proses ketertekanan tubuh di bawah penataan yang sistemik dalam budaya sekolah.
Pertunjukkan teater besutan tokoh teater Sumatera ini menggugat sistem pendidikan Indonesia yang terkadang terlampau ketat, kadang longgar. Kebanyakan anak didik menjadi patuh, namun ada yang berkembang sesuai polanya sendiri.
"Tubuh yang terlalu dikekang, bisa memberontak," kata Katil ditemui saat gladi di Taman Budaya.
Selanjutnya ada pertunjukkan kedua, yakni Randai Perempuan (si Rabuang Ameh) yang disutradarai Dosen ISI Padang Panjang, Zulkifli.
Pada malam minggu (1/9) pertunjukkan drama tari dengan judul Ratok Lareh Pengulu juga akan ditampilkan.
Selain itu ada pula penampilan menarik, seperti musik tradisi dari Defni Aulia yang merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unja yang akan membawakan Rinok selama 8 menit, untuk mengkomunikasikan nilai kearifan lokal masyarakat Jambi. ***