Jambi (ANTARA Jambi) - Budayawan sepuh Kerinci Iskandar selama dua hari secara khusus memberikan pelatihan kepada pemuda cara menulis dan baca aksara "Incung", yakni aksara kuno Jambi, khususnya Kabupaten Kerinci.
"Aksara Incung tidak saja khasanah budaya masyarakat Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh, tapi juga sudah menjadi aset budaya Provinsi Jambi yang wajib diketahui dan dikuasai masyarakat Jambi, karena itu kita memberikan pelatihan kepada pemuda selama dua hari ini," kata budawayawan Kerinci, Iskandar di Jambi, Selasa.
Pelatihan yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi di salah satu hotel di Kota Jambi pada 9-10 Mei tersebut diikuti oleh 50 pemuda, seniman budayawan, akademisi dan mahasiswa se-Provinsi Jambi.
Para peserta tersebut adalah para utusan dari 10 kabupaten dan kota di Provinsi Jambi, yang amat mengapresiasi positif terhadap keberadaan khasanah budaya aksara Incung Kerinci yang merupakan salah satu warisan peradaban Proto-Melayu itu, ujar Iskandar yang akrab disapa Pak Is.
Saat ini, katanya, tengah diperjuangkan aksara Incung tersebut menjadi salah satu materi dalam mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah di semua jenjang di Provinsi Jambi.
"Kalau di Kerinci, keberadaan aksara Incung berhasil direvitalisasi ditandai dengan semakin memasyarakatnya khasanah tersebut menyusul program pemerindah daerah setempat yang semakin intensif menggunakan aksara tersebut pada penulisan papan nama, nama jalan dan lain sebagainya, kini saatnya aksara unik dan khas ini memasyarakat pula di Provinsi Jambi secara menyeluruh," ujarnya.
Iskandar sendiri, dalam kiprahnya merevitalisasi berbagai bentuk warisan budaya peradaban Proto-Melayu di Kerinci juga telah menggunakan aksara tersebut dalam motif batik Kerinci serta dalam karya monumentalnya berupa Al-Qur`an terpanjang yang memecahkan rekor Muri dimana tafsirnya ditulis dalam aksara latin dan aksara Incung.
Di Kerinci sendiri aksara Incung masih bisa ditemukan dalam wujud tulisan yang ditorehkan di atas berbagai media lama seperti, tanduk, tulang, bambu kayu, kulit kayu, lontar, kain dan kertas dan lain sebagainya merupakan warisan para depati atau raja pemimpin negeri di masa lampau.(Ant)