Jambi (Antaranews Jambi) - Pengembangan kemandirian ekonomi pesantren menjadi salah satu program yang digulirkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi sebagai dedikasi untuk negeri.
Adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Ma'had Al-Jami'ah, Simpang Sungai Duren, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi yang menjadi salah satu binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai upaya menciptakan ekonomi berkelanjutan.
Selasa (11/12), ANTARA mengunjungi langsung Ponpes yang berdomisili di Komplek Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi untuk melihat langsung imbas pengembangan kemandirian ekonomi yang digulirkan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jambi melalui Kelompok Tani Al-Aqsho Ma'had Al-Jami'ah
Tiba di Ponpes yang bernuansa asri tersebut, disambut penggelola pelaksana program kemandirian ekonomi pesantren. "Bakri", kata pria bertubuh sedang itu memperkenalkan diri.
Selain anggota Kelompok Tani Al-Aqsho Ma'had Al-Jami'ah, Bakri adalah salah satu ustadz di Ponpes tersebut. Hal itu diketahui setelah pengelola Ponpes lainnya memanggil namanya dengan sebutan itu. Ustadz yang biasanya mengajar hari itu disibukkan dengan aktivitas memumpuk tanaman melon di hamparan lahan seluas 50 x 100 meter persegi atau setengah hektare bersama dua rekannya.
Ustadz Bakri menceritakan, lahan yang digunakan untuk menanam melon itu semula adalah lahan demplot cabai merah. Itulah awal dari bantuan BI yang disalurkan di Ponpes tersebut. Namun setelah panen lahan tidak bisa ditanam cabai merah kembali, karena lahan tanaman cabai butuh jeda atau harus ada tanaman sela karena racun cabai masih mengendap di tanah sehingga dikhawatirkan tanaman berikutnya tidak subur.
"Itu ahlinya yang bicara, sehingga kita memutuskan menanam melon pascapanen cabai merah," kata Ustadz Bakri.
Demplot cabai merah merupakan program Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jambi. Dengan luas lahan setengah hektare itu BI menyalurkan bibit cabai, pupuk beserta mendatangkan konsultan pertanian. Pengelola Ponpes hanya menyediakan lahan dan tenaga saja.
Hasilnya, demplot cabai merah yang mulai ditanam Oktober 2017 itu mampu menghasilkan enam ton cabai yang dipanen Januari 2018. Saat itu harga jual cabai cukup mahal, ada yang mencapai Rp50 per kilogram.
Sejak itu Ponpes tersebut mampu memanfaatkan hasil jual cabai untuk membeli bibit melon sebagai holtikultura berkelanjutan. Serta membiayai pembangunan sarana dan prasarana pesantren meski tidak sepenuhnya.
Dengan keberhasilan program kemandirian ekonomi tersebut, Kantor Bank Indonesia Perwakilan Jambi memberikan aplus dan kembali menggulirkan program lainnya yang diyakini juga akan mampu dijalani pengelola Ponpes dalam menunjang ekonomi pesantren.
"BI mungkin merasa puas progam mereka berhasil dikembangkan. Informasinya untuk pesantren, Ma'had Al-Jami'ah yang paling berhasil. Sebab itu mereka kembali menggulirkan program kemandirian ekonomi lainnya," kata Ustadz Bakri.
Program Lanjutan
Pascaprogram demplot cabai merah berhasil, Kantor BI Perwakilan Provinsi Jambi menggulirkan program dengan menyalurkan bantuan budidaya lebah trigona itama, salah satu spesies lebah yang menghasilkan madu berkualitas.
Libra Husaini, yang juga pelaksana program kemandirian ekonomi di Ponpes tersebut, mengatakan bantuan sarang lebah trigona itama dari BI itu langsung didatangkan dari Provinsi Lampung.
Saat ini ada 10 sarang lebah trigona itama yang tengah dipelihara untuk menghasilkan madu. Namun baru dua sarang yang mulai menghasilkan madu yang harga jualnya mencapai Rp600 ribu per kilogram.
Libra mengatakan, memelihara lebah trigona itama tidak menghabiskan waktu seperti memelihara tanaman cabai. Sebab menurutnya program itu tidak mengganggu kesibukan lainnya.
Menurut Libra, madu lebah trigona itama memiliki kualitas terbaik dari madu yang dihasilkan lebah jenis lainnya. harga jualnya pun jauh lebih mahal. Sebab itu program yang disalurkan BI itu sangat tepat dan mampu menggeliatkan ekonomi pesantren.
Selain demplot cabai merah yang kemudian diganti tanaman melon serta budidaya lebah, Kantor BI Perwakilan Jambi juga menggulirkan program budidaya ikan patin. Hal itu juga tepat karena kawasan Ponpes juga tersedia embung sebagai lokasi pembesaran bibit ikan patin.
Libra mengatakan dalam budidaya ikan patin itu, BI menyalurkan sebanyak 4.000 bibit ikan patin lengkap dengan keramba jaring apung ukuran 8 x 8 yang terbagi dalam tiga kotak keramba. Saat ini umur bibit ikan tersebut baru sekitar tiga minggu dan baru bisa panen lima bulan ke depan.
Tidak sebatas itu, BI juga memberikan mesin pembuat pakan ikan yang siap dioperasikan ketika bahan baku pembuatan pakan kembali disalurkan BI.
"Untuk budidaya ikan patin ini, pemberian pakan ikan untuk dua bulan ke depan masih kita tanggulangi. Pakan pun dibeli dari hasil penjualan cabai. Setelah itu BI akan menyalurkan bantuan satu ton bahan baku pembuatan pakan, yang kemudian kita yang membuat sendiri pakan dengan mesin pakan yang sudah ada," kata Libra.
Pengamatan ANTARA, mesin pembuatan pakan ikan itu sudah ada dan oleh Ponpes dibuat lengkap dengan rumah produksinya. Mesin itu siap dioperasikan dan hanya menunggu bahan baku saja. Pengelola juga akan mendapat pelatihan cara pembuatan pakan yang juga disiapkan BI.
Menurut Libra, progam budidaya ikan diyakini juga akan berkelanjutan. Sebab tersedia mesin pembuatan pakan yang pastinya mengurangi biaya produksi dengan tidak langsung membeli pakan jadi.
"Dengan beberapa program bantuan BI tentunya ekonomi pesantren jauh akan lebih baik. Kita juga komitmen melaksanakan kemandirian ekonomi ini berkelanjutan," kata Libra.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Al-Aqsho Ma'had Al-Jami'ah, Ustadz Abu Mansur yang juga pengelola Ponpes ketika ANTARA mengunjungi Ponpes tersebut sedang tidak berada di tempat karena tengah mengikuti kegiatan di Surabaya, yang juga digelar Bank Indonesia.
Di tengah kesibukannya itu, ANTARA akhirnya menghubungi Ustadz Abu Mansur via telpon. Dalam wawancara singkat bersama Ustadz Abu Mansur, ia mengapresiasi atas program yang disalurkan BI yang berdampak pada kemandirian ekonomi pesantren.
Ustadz Abu Mansur mengatakan progam yang disalurkan BI merupakan program nyata yang tidak membebani si penerima. Meski ada beban moril namun itu memacu pengelola untuk tidak mengabaikan bantuan tersebut.
"Kita komitmen menjalankan apa yang sudah kita terima. Kita berterima kasih kepada BI yang memberikan kepercayaan penuh dengan menyalurkan bantuan tanpa membebani. Kita hanya menyiapkan lahan dan tenaga saja, sungguh sangat sayang kalau itu kita abaikan," katanya.
Menurutnya, hasil dari program kemandirian ekonomi pesantren itu sangat membantu serta meringankan beban pesantren. Dimana dari hasil seperti penjualan cabai misalnya, bisa meringankan keperluan pesantren seperti penyediaan sarana dan prasarana.
Dirinya juga menyatakan komitmen untuk tetap menjalankan program kemandirian ekonomi berkelanjutan yang disalurkan BI tersebut.***
Melihat geliat ekonomi Pondok Pesantren Ma'had Al-Jami'ah
Selasa, 11 Desember 2018 17:13 WIB