Jambi (ANTARA) - Anugrah Adji Pratama, 17 tahun, tak mau merepotkan orang tuanya dan tak ingin telat, pagi hari itu, Selasa, ia bergegas pergi ke sekolah yang berjarak sekitar lima kilometer dari rumahnya dengan menggunakan sepeda motor.
"Bisa naik motor sendiri, punya SIM (surat izin mengemudi) juga kok," kata Adji yang saat berkomunikasi didampingi guru pendampingnya.
Saat ditemui, ia masih tampak semangat meskipun telah bergelut dengan soal mata pelajaran Matematika yang diujikan pada Ujian Nasional di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Sri Soedewi Soedewi Masjchun Sofwan, Kota Jambi, Provinsi Jambi.
Adji adalah satu diantara anak-anak berkebutuhan khusus kelas tiga SMA yang mengikuti UN di SLB Negeri milik Pemerintah Provinsi Jambi itu. Total terdapat 17 anak-anak berkebutuhan khusus yang mengikuti UN. Mereka semuanya menyandang Tunarungu.
Para siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti ujian itu sangat antusias dan semangat dalam soal UN yang diujikan. Satu persatu mereka mampu menyelesaikan soal UN itu.
Dengan penuh semangat, Adji yang menyandang kebutuhan khusus tunarungu itu bercerita saat akan menghadapi soal Matematika pada hari kedua pelaksanaan UN.
Dengan menggunakan bahasa isyarat, ia menunjukan bahwa mengerjakan soal Matematika itu sulit karena banyak angka dan hitung-hitungan. Selain soal yang dirasa sulit, waktu untuk mengerjakan pun terlalu cepat.
Namun demikian, ia mengaku merasa masih bisa mengisi satu persatu soal yang diujikan. Karena, ia telah mempersiapkan dengan belajar yang dibantu orang tuanya dan adiknya di rumah.
Hingga bunyi bel yang menandakan waktu ujian selesai, Adji merasa lega karena bisa menuntaskan soal yang diujikan. Kemudian ia bergegas menemui saya yang sudah menunggu di ruangan gurunya.
"Sulit... Matematika tadi sulit, tapi di rumah belajar dibantu bapak-ibu, juga belajar sama adik," kata Adji.
Andamita Sari selaku guru yang mendampingi itu mengatakan, Adji memang memiliki semangat yang tinggi dan setelah lulus berkeinginan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
"Katanya dia, berkeinginan untuk kuliah. Kalau bisa melanjutkan, dia akan kuliah, yang penting semangat," kata Andamita.
Ia menilai, meskipun memiliki kekurangan dan menyandang Tunarungu, Adji memiliki keahlian khusus dalam mengoperasikan perangkat komputer.
Tak jarang pula kata Andamita, Adji selalu suka mengikuti berbagai perlombaan dan memiliki cita-cita menjadi ahli komputer.
"Adji itu senang ngutak-atik komputer. Dia juga sering lomba buat desain logo. Katanya punya cita-cita pingin jadi ahli komputer, punya motivasi seperti pendiri Facebook itu," katanya.
Selain UN, di sekolah SLB itu juga menyelenggarakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang diikuti siswa berkebutuhan khusus.
Maman Abdurahman, 24 tahun, salah satu siswa di sekolah itu yang juga menjadi peserta USBN mengatakan, semangat dalam mengerjakan soal ujian, karena ujian tersebut menjadi syarat untuk kelulusan.
"Soalnya tadi ada gambar lampu lalu lintas, ada gambar pak polisi," kata Maman yang juga didampingi gurunya.
Maman yang menyandang Tunagrahita sedang itu, memiliki semangat dan keinginan untuk melanjutkan kuliah di Universitas Jambi.
"Kuliah di Unja Mendalo. Cita-citanya mau jadi dokter," kata Maman.
Sementara itu, Kepala Sekolah SLB Sri Soedewi, Dadang Mulyana mengatakan, dalam pelaksanaan UN tahun 2019 tersebut, diikuti oleh 17 anak-anak berkebutuhan khusus menyandang Tunarungu.
Pada hari pertama pelaksanan UN, mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Kemudian hari kedua Matematika dan dilanjutkan hari Kamis (5/4) dilanjutkan mata pelajaran ujian Bahasa Inggris.
"Total tahun ini ada 17 anak yang mengikuti, untuk ujiannya sistem UNKP (Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil)," kata Dadang.
Motivasi dan Keterampilan
SLB Sri Soedewi Masjchun Sofwan, yang diprakarsai Ketua Dharma Wanita Propinsi Jambi sejak 1982 itu, merupakan SLB yang tertua di Jambi.
Selain memberikan pendidikan umum atau akademik, di SLB tersebut juga memberikan pendidikan motivasi keterampilan untuk menumbuh kembangkan potensi dan bakat siswa berkebutuhan khusus.
"Kami juga berupaya memberikan motivasi kepada mereka, baik yang sifatnya konten atau pendidikan keterampilan, dan mengikut sertakan mereka dalam iven tertentu," kata Dadang.
"Kemudian kita juga sering mendatangkan motivator dari luar. Kami motivasi mereka supaya mereka semangat, karena pasti anak-anak disini punya potensi."
Total siswa berkebutuhan khusus yang di SLB tersebut, saat ini tercatat 410 siswa, yang terdiri dari jenjang SD, SMP dan SMA.
Pihaknya berharap, para siswa setelah selesai menempuh pendidikan di SLB tersebut dapat berkembang dan mandiri serta bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.
"Tahun lalu memang tidak ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, biasanya kalau mereka mau melanjutkan pasti kami fasilitasi," katanya.
Dalam sistem pendidikan di SLB itu, pihaknya mengitegrasikan antara keterampilan dan akademiknya. Karena, rata-rata akademik anak berkebutuhan khusus dibawah 60 persen.
Saat ini terdapat sejumlah unit keterampilan yang dikembangkan di SLB itu, diantaranya keterampilan tata boga, tata busana, musik, kerajinan tangan, tata rias, mengelas, perikanan, pertanian dan teknik komputer.
"Kita dorong siswa supaya terampil, memiliki keahlian. Pada dasarnya mereka itu memiliki potensi keterampilan yang tinggi. Jika terus diasah tentu bisa mandiri," demikian Dadang.