Lebak (ANTARA) - Masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, ramai merayakan tradisi ngalaksa atau upacara adat untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas keberhasilan hasil panen pertanian ladang huma.
"Kita tahun ini hasil pertanian panen padi huma cukup baik dibandingkan tahun lalu," kata Samad (45), warga Badui saat merayakan ngalaksa yang dipusatkan di Kampung Cibengkung Desa Menteng Jaya Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Minggu.
Perayaan tradisi ngalaksa yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Badui cukup ramai.
Bahkan, warga Badui memadati 15 rumah warga Kampung Cibengkung sambil duduk-duduk menunggu perayaan ngalaksa hingga membuat daun janur aren untuk dijadikan simbol pendataan jiwa (sensus).
Perayaan tradisi ngalaksa dipusatkan di rumah Dangka seorang kokolot atau tetua adat Badui.
Mereka warga Badui juga mendapat makanan laksa yang terbuat dari tepung beras dan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan yang diberikan dari hasil pertanian ladang huma.
"Kami semoga hasil pertanian ladang huma tahun ini melimpah, barokah dan hidup sejahtera," katanya.
Menurut dia, masyarakat Badui yang merayakan ngalaksa di Kampung Cibengkung tersebut tersebar di 60 Kampung di antaranya Kampung Cipaler, Cijaha, Batara, Cijengkol, Karehkel, Gajeboh, Ciranji, Cicatang 1, Cicatang 2, Kadu Ketug, Marengo, Cipiit dan Belimbing.
Mereka masyarakat Badui untuk merayakan ngalaksa berdatangan sejak Sabtu (27/4) ke kediaman rumah Dangka sebagai pemuka adat (kokolot) Kampung Cibengkung.
Perayaan ngalaksa itu, kata dia, setelah masyarakat Badui panen padi huma dan merayakan Kawalu.
"Kami pekan depan juga merayakan tradisi Seba atau menyerahkan hasil pertanian ke Bupati Lebak Iti Octavia dan Gubernur Banten Wahidin Halim," katanya menjelaskan.
Jaya (50) mengatakan dirinya datang ke sini bersama kelompok Kampung Batara untuk merayakan ngalaksa ke kediaman Dangka tetua adat Kampung Cibengkung sebagai bentuk rasa syukur.
Apalagi, panen pertanian padi huma tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Karena itu, masyarakat Badui wajib merayakan ngalaksa sebagai rasa syukur agar didoakan pemuka adat agar hasil pertanian menjadi lebih baik.
Sebab, kehidupan masyarakat Badui mengandalkan bercocoktanam padi huma dan palawija.
"Kami berharap perayaan ngalaksa bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Badui," ujarnya.
Ayah Lamri (62) warga Badui mengatakan perayaan tradisi ngalaksa untuk mengucapkan rasa syukur berkat hasil pertanian,sehingga kehidupan masyarakat menjadi sejahtera, aman dan damai.
Perayaan ngalaksa di rumah Dangka Kampung Cibengkung dimulai pukul 09.00 WIB, dimana warga Badui saling berebutan untuk mengambil daun janur aren.
Kemudian, daun janur itu dijadikan untuk pendataan jumlah anggota keluarga.
Masyarakat Badui menandakan jika daun janur itu dibuatkan seperti tumbak maka pertanda memiliki anggota keluarga atau anak laki-laki.
Sedangkan, anggota keluarga perempuan dibuatkan daun janur anak-anak serta hamil dibuatkan tekegore.
"Daun janur yang dijadikan simbol data sensus nantinya dihitung oleh tetua adat dan didoakan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan kemudahan rejeki, kesehatan dan ekonomi yang baik," katanya.