Jambi (ANTARA) - Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi mengambil lima langkah kebijakan dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 saat ini.
“Dalam menghadapi era disrupsi dalam reovulsi industri 4.0, lima langkah yang diambil oleh UIN STS Jambi yakni melakukan trend watching by research, risk management, inovation, partnership dan change management,” kata Rektor UIN STS Jambi Dr. H. Hadri Hasan dalam sambutannya pada wisuda ke-57 UIN STS Jambi tahun akademik 2018-2019 di Jambi.
Dijelaskannya, salah satu dampak revolusi industri 4.0 yang dihadapi yakni munculnya fenomena disrupsi. Disrupsi merupakan fenomena perubahan mendasar yang menyasar seluruh aspek kehidupan masyarakat akibat hadirnya evolusi teknologi.
Lima langkah kebijakan yang diambil tersebut diharapkan mampu menjadikan UIN STS Jambi dapat beradaptasi dengan era revolusi industri 4.0. Melalui trend watching by research, UIN STS Jambi memantau beberapa komponen dalam lingkungan pendidikan, di antaranya trend teknologi, ekonomi, budaya, politik dan lingkungan alam.
“Dalam hal ini UIN STS Jambi diharapkan mampu menjadi 'agent of disruption', yaitu pelaku pendidikan yang menjadi pionir dalam era disrupsi,” katanya.
Selain lima langkah tersebut, Hadri Hasan berharap lulusan UIN STS Jambi memiliki kemampuan teori, teknologi dan enterpreneurship agar mampu beradaptasi dengan era revolusi industri 4.0 tersebut.
Dia mengatakan teori diajarkan sebagai modal dalam memperkaya khazanah keilmuan islam. Teknologi diajarkan sebagai alat untuk menyebarkan konten keislaman. Sedangkan enterpreneurship diajarkan untuk mendorong inovasi, kreatifitas, dan perkembangan keilmuan alam.
Karena itu civitas akademika UIN STS Jambi berharap akan ada lulusan fakultas dakwah yang beekrja sebagai pengembang aplikasi dakwah di media sosial. Lulusan tafsir dan ilmu Al-Quran yang mampu menyebarkan pesan Al-Quran melalui media elektronik serta lulusan hukum yang menjadi mediator melalui aplikasi android.
“Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya, sehingga kita harus mampu menyaring perubahan-perubahan aktivitas tersebut sehingga tidak menjadi korban revolusi industri 4.0 ini,” kata Hadri Hasan.