New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah laporan persediaan minyak mentah AS lebih baik dari perkiraan dan Rusia mengatakan akan melanjutkan kerja sama dengan OPEC untuk menjaga keseimbangan pasar minyak global.
Harga mundur sedikit setelah Reuters melaporkan bahwa fase pertama dari kesepakatan perdagangan antara Beijing dan Washington mungkin tidak dilakukan tahun ini, kata pakar perdagangan dan orang-orang yang dekat dengan Gedung Putih. Perang dagang 16 bulan antara ekonomi utama dunia meningkatkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap permintaan minyak.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 1,49 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi ditutup pada 62,40 dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 1,90 dolar AS atau 3,4 persen, menjadi menetap pada 57,11 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak jatuh, dipicu cemas pasokan berlebih dan sengketa dagang
Stok minyak mentah AS meningkat sebesar 1,4 juta barel minggu lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk 1,5 juta barel dan 6 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API) Selasa (19/11/2019) malam.
Persediaan minyak mentah naik meskipun kilang berjalan meningkat 519.000 barel per hari. Namun, minyak mentah di pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman untuk WTI turun 2,3 juta barel, penurunan terbesar dalam tiga bulan, kata EIA.
“Jumlah (penambahan minyak mentah) tidak sebesar API, dan yang kedua, penarikan penyimpanan di Cushing adalah sesuatu yang sangat besar. Itu adalah situs pengiriman NYMEX, sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar,” kata Bob Yawger, direktur berjangka di Mizuho di New York.
Harga minyak juga didukung oleh komentar Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia akan melanjutkan kerja sama berdasarkan kesepakatan pembatasan pasokan global dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
OPEC akan bertemu pada 5 Desember di Wina, diikuti dengan pembicaraan dengan sekelompok eksportir lain, termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC +.
Meningkatnya ketegangan terkait Iran juga mendorong harga minyak.
Armada kapal induk AS Abraham Lincoln pada Selasa (19/11/2019) berlayar melalui Selat Hormuz yang vital, di mana seperlima dari aliran minyak dunia melewati selat tersebut, ketika para pemimpin di Iran menyalahkan hari-hari protes atas kenaikan harga bahan bakar pada musuh asing mereka.
Ketegangan di Teluk meningkat setelah serangan terhadap tanker minyak musim panas ini, termasuk di lepas pantai Uni Emirat Arab, dan serangan besar terhadap pusat pengolahan energi utama Saudi yang sempat melumpuhkan pengekspor minyak top dunia itu.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada Rabu (20/11/2019) mengklaim kemenangan atas protes yang telah menyebabkan laporan sejumlah kematian.
"Peristiwa ini berkontribusi pada meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan menjelaskan mengapa kita memiliki kenaikan harga minyak hari ini," kata kepala analis komoditas SEB Bjarne Schieldrop.
Baca juga: Harga minyak turun lebih dari satu persen