Jambi (ANTARA) - Nelayan udang belalang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi hingga saat ini masih vakum dan belum mencari udang belalang ke laut karena penerbangan ke negara tujuan pengiriman udang belalang terhambat dampak dari Virus COVID-19.
“Sudah hampir satu bulan kita tidak ke laut mencari udang belalang, karena gudang distributor udang belalang sudah pada tutup,” kata Nelayan udang belalang, Efendy di Tanjung Jabung Barat, Senin.
Ia menjelaskan beberapa hari yang lalu gudang distributor udang belalang sempat buka untuk memenuhi pasar lokal. Sehingga nelayan udang belalang sempat turun ke laut, namun saat ini gudang-gudang distributor tersebut tutup kembali karena permintaan udang yang sedikit.
Selama ini pasar utama udang belalang tersebut yakni ke beberapa negara di Asia, seperti Cina, Hongkong dan Singapura. Namun semenjak merebaknya penyebaran COVID-19, penerbangan ke negara-negara pasar udang belalang tersebut dihentikan sementara. Sehingga berdampak terhadap pengiriman udang belalang tersebut.
“Kita masih tetap melaut, namun berubah pencarian, biasanya mencari udang belalang sekarang kita mencari ikan menggunakan jaring belat dan sondong,” kata Efendy.
Jika dibandingkan dengan mencari udang belalang, pendapatan nelayan lebih besar mencari udang belalang dari pada mencari ikan. Karena harga jual udang belalang yang cukup tinggi. Namun saat ini harga jual udang belalang menurun drastis akibat pengiriman yang terhambat.
Budi, nelayan udang belalang lainnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengatakan. Saat ini harga jual udang belalang hanya Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per-ekor . Biasanya harga jual udang belalang tersebut bisa mencapai Rp80 ribu hingga Rp120 ribu per-ekor.
“Harga jual yang turun tersebut menjadi faktor kita merubah pencarian dari menangkap udang menjadi menangkap ikan,” tambah Budi.
Nelayan-nelayan udang belalang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berharap kondisi tersebut cepat berlalu. Mengingat udang belalang merupakan salah satu mata pencaharian pokok masyarakat di kabupaten itu.
“Kita tidak tahu sampai kapan kondisi ini berlangsung, namun harapannya kondisi seperti saat ini tidak bertahan lama dan kembali normal seperti biasa,” lanjut Budi.