Jakarta (ANTARA) - Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menerapkan manajemen lahan berupa aplikasi konservasi hutan sosial yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sekampung Hulu dan Sangharus di Kabupaten Sangharus, Provinsi Lampung, sebagai upaya menekan laju erosi.
"Nilai tersebut lebih tinggi dari nilai Tolerable Soil Loss (TSL) di Provinsi Lampung yaitu 10 ton/hektare/tahun. Nilai erosi yang lebih besar dari TSL menunjukkan potensi adanya ketidakseimbangan kelestarian lingkungan," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Rata-rata laju erosi di DAS Sangharus sebesar 5,6 ton/hektare/tahun, kata dia, menunjukkan penggunaan lahan yang mendukung keberlangsungan kelestarian lingkungan.
Rahmah melanjutkan lebih tingginya nilai erosi di DAS Sekampung Hulu dibandingkan nilai TSL membutuhkan upaya konservasi untuk menekan laju erosi dan menjaga kemunduran fungsi hutan.
Baca juga: Balitbangtan kembangkan irigasi cerdas berbasis IoT
Sebagai hutan kemasyarakatan (HKm) dan kemitraan hutan, penggunaan lahan didominasi tanaman kopi. Oleh karena itu, Balittanah menerapkan agroforestri kopi untuk menurunkan erosi.
Hasil simulasi dari aplikasi agroforestri kopi dapat mengurangi erosi hingga mencapai 96,8 persen dan 93,9 persn di DAS Sekampung Hulu dan Sangharus.
Dari hasil simulasi, terang Rahmah, skenario aplikasi agroforestri kopi dengan tanaman penaung seperti Arachis pintoi, Calopogonium mucunoides, dan Peuraria javanica memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi karena petani dapat mempunyai area yang lebih banyak untuk menanam kopi.
"Penerapan sistem hutan sosial yang tepat dapat mendukung petani agar sejahtera dan kelestarian hutan juga terjaga," ujarnya.
Baca juga: Balitbangtan kembangkan teknologi perpanjang umur telur ayam
Baca juga: Balitbangtan kembangkan Anggrek Vanda, demi tekan ketergantungan impor