New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena optimisme tentang komitmen terbaru dari produsen minyak utama untuk mengurangi produksi mengimbangi kekhawatiran bahwa kebangkitan dalam kasus virus corona dapat mengganggu permintaan bahan bakar.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan produsen lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pada Sabtu (6/6/2020) sepakat untuk memperpanjang rekor pemotongan produksi 9,7 juta barel per hari (bph) hingga akhir Juli.
Namun, Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab mengatakan mereka tidak akan mempertahankan pengurangan tambahan pasokan harian yang berjumlah lebih dari satu juta barel.
Mendukung pasar, Libya mengatakan pihaknya menyatakan force majeure pada beberapa ekspor dari ladang minyak Sharara pada Selasa (9/6/2020), setelah produksi dihentikan sementara oleh kelompok bersenjata hanya beberapa hari setelah produksinya dilanjutkan menyusul blokade yang telah berlangsung berbulan-bulan.
“Itu telah membantu mengurangi kejatuhan lebih lanjut. Mereka sedang dalam proses memulai kembali, yang tentu saja akan menambah situasi kelebihan pasokan,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Permintaan bahan bakar telah pulih dari keruntuhan April akibat penguncian untuk mengendalikan pandemi. Namun, para analis telah mengatakan bahwa lonjakan pasar minyak yang cepat hingga lebih dari 40 dolar AS per barel mungkin merupakan pandangan yang terlalu optimis terhadap konsumsi.
Virus corona telah menewaskan lebih dari 400.000 orang di seluruh dunia, dan jumlah kasus harian baru mencapai rekor pada Minggu (7/6/2020) karena pandemi belum memuncak di Amerika tengah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Senin (8/6/2020).
Goldman Sachs menaikkan perkiraan 2020 untuk Brent menjadi 40,40 dolar AS per barel dan WTI menjadi 36 dolar AS tetapi memperingatkan bahwa harga kemungkinan akan mundur kembali dalam beberapa minggu mendatang karena ketidakpastian permintaan dan peningkatan persediaan.
Persediaan minyak mentah AS telah meningkat karena pandemi membatasi permintaan. Persediaan minyak mentah naik 8,4 juta barel dalam seminggu yang berakhir 5 Juni menjadi 539,4 juta barel, data dari kelompok industri American Petroleum Institute menunjukkan pada Selasa (9/6/2020). Para analis telah memperkirakan penarikan sebanyak 1,7 juta barel.
Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu.
Baca juga: Harga minyak anjlok 3 persen meski OPEC perpanjang pangkas produksi
Baca juga: Harga minyak naik, dipicu keputusan OPEC dan pengangguran AS turun
Baca juga: Harga minyak hanya naik tipis, investor tunggu penurunan produksi OPEC