Chicago (ANTARA) - Harga emas melonjak lagi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), mencapai level tertinggi sejak September 2011, karena meningkatnya ketegangan Amerika Serikat - China memicu permintaan terhadap aset safe haven emas, didukung juga oleh dolar AS yang melemah.
"Emas sedang mengalami percepatan yang lebih tinggi dan itu terutama karena ketegangan geopolitik dengan China. Tampaknya tidak ada akhir yang terlihat untuk eskalasi ini ... dan itu akan merusak sentimen karena negara-negara terbesar di dunia terus bertengkar," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
Amerika Serikat memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston, sementara sebuah sumber mengatakan Beijing sedang mempertimbangkan untuk menutup konsulat AS di Wuhan sebagai pembalasan.
Saling balas antara Amerika Serikat dan China kemungkinan akan semakin memperburuk prospek ekonomi global saat negara itu berada di bawah pengaruh pandemi.
Suku bunga rendah dan gelombang stimulus untuk meredam ekonomi yang terkena virus telah mendorong harga emas, banyak digunakan sebagai asuransi terhadap meningkatnya ketidakpastian, sekitar 23 persen lebih tinggi sepanjang tahun ini.
Investor juga mencerna berita bahwa Amerika Serikat pada Selasa (21/7/2020) mencatat lebih dari 1.000 kematian harian akibat virus corona.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 1,587 dolar AS atau 7,36 persen, menjadi ditutup pada 23,144 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 38,5 dolar AS atau 4,19 persen, menjadi menetap pada 957,4 dolar AS per ounce
Baca juga: Emas melonjak 26,5 dolar dipicu aksi jual dolar, peningkatan stimulus
Baca juga: Pengamat: harga emas bisa sentuh Rp1 juta/gram akhir tahun
Baca juga: Emas naik lagi dipicu lonjakan infeksi COVID-19 dan harapan stimulus