Jakarta (ANTARA) - Sepanjang pandemi COVID-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya, kepedulian pada sesama terus tumbuh dari beragam kalangan.
Bentuk kepedulian itu diberikan kepada salah satu yang menjadi garda terdepan penanganan COVID-19, yakni tenaga kesehatan, dan juga kelompok masyarakat terdampak lainnya.
Di antara bentuk bantuan itu, adalah memberikan bahan makanan dengan protein tinggi dari ikan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selama pandemi juga terus menggagas ajakan untuk mengonsumsi ikan sekaligus memberikan bantuan dengan unsur ikan itu.
"Jadi, gerakan ayo konsumsi ikan akan kami terus suarakan, dan 'Lebaran Ikan' ini menjadi salah satu bentuknya," kata Menteri KKP Edhy Prabowo, pada Jumat (22/5) atau dua hari sebelum Idul Fitri 1411 Hijriah/2020 saat kegiatan sosial "Lebaran Ikan".
Ia mengatakan merayakan Lebaran tidak harus memasak opor ayam atau rendang daging, tapi juga bisa produk perikanan yang memiliki manfaat dan kandungan gizi yang tinggi.
Aksi "Lebaran Ikan" itu adalah penutup dari serangkaian gebrakan yang dilakukan KKP selama bulan Ramadhan, dalam upaya membangun solidaritas kemanusiaan dan membantu meringankan beban masyarakat di tengah pandemi, setelah sebelumnya dilakukan aksi "Gerakan Nasi Ikan" dan Gerakan "Sedekah Ikan Ramadhan"
Program KKP itu, selama pandemi COVID-19 juga masih berlanjut.
Pada April 2020, bentuknya adalah membagikan bagikan paket olahan ikan untuk pengemudi taksi dan ojek dalam jaringan (daring) atau lebih dikenal dengan ojol (ojek online) dan juga kepada pengemudi taksi.
Mereka juga bagian dari kelompok terdampak pandemi yang membutuhkan bantuan, sebagai bagian dari Program "Gemarikan Peduli Bencana COVID-19" KKP.
Gemar Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) adalah program yang sudah dilakukan KKP sejak diluncurkan tahun 2004.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo menyatakan bantuan itu adalah wujud kepedulian kepada para pekerja harian, khususnya pengemudi taksi dan ojol, yang masih terus bertugas untuk memenuhi kebutuhan keluarga di tengah bencana COVID-19.
Bantuan Gemarikan tahap satu telah diserahkan kepada tenaga kesehatan di 10 rumah sakit di wilayah DKI Jakarta pada awal April lalu, sedangkan tahap lanjutan, dilaksanakan 9 April -14 April di 19 titik di kawasan Jabodetabek.
Jumlahnya ada sebanyak 1.800 paket bantuan yang berisi produk olahan ikan.
Program BerIkan
Selain KKP, program membantu tenaga kesehatan dan kelompok masyarakat terdampak lainnya, juga dilakukan oleh usaha rintisan (startup) akuakultur pertama di Indonesia dan merupakan salah satu yang terbesar di Asia, yakni "eFishery".
Sekumpulan anak-anak muda di Bandung itu dengan dipimpin CEO dan Co-founder "eFishery" Gibran Huzaifah, yang mendirikan usaha rintisan pada 2013 itu menggagas gerakan Program BerIkan Untuk Indonesia (Beri Ikan untuk Indonesia), bekerja sama dengan lembaga sosial, seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT).
"Gerakan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19 dengan memberikan paket bahan makanan berprotein tinggi berupa ikan segar yang diambil langsung dari pembudi daya," kata Corporate Communications Executive "eFishery" Junia Anindya Purwandani.
Pandemi COVID-19, kata dia, secara signifikan membuat perekonomian Indonesia mengalami pukulan dan mengguncang sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), termasuk sektor perikanan budi daya.
Sejak awal pandemi, permintaan ikan mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini disebabkan, antara lain oleh permintaan pasar yang turun dan perusahaan pengolah ikan dan pemangku kepentingan lainnya yang masih lesu karena pasar horeka (hotel, restoran, dan kafe) juga menurun.
Di samping itu, akses untuk berpindah ke pasar retail maupun daring (online) masih belum maksimal.
Melalui Program BerIkan Untuk Indonesia, sebanyak 30.000 kilogram komoditas ikan dari hasil panen para pembudi daya di Indonesia telah diserap untuk kemudian diproses menjadi produk beku demi menambah nilai jual dan memperpanjang masa konsumsi.
"Dari 30 ribu kilo gram itu, sekitar 7,5 ton yang sudah tersalurkan," katanya.
Dengan demikian, hasil panen dapat disimpan lebih lama sehingga mengurangi risiko terbuangnya hasil panen.
Ikan yang yang telah dibekukan ini kemudian diberikan kepada masyarakat yang terdampak pandemi, khususnya tenaga kesehatan yang merupakan garda terdepan dalam penanganan COVID-19.
Meskipun gerakan ini berawal dari kegiatan yang menanggapi kondisi sosial di masa pandemi, kata Junia Anindya Purwandani, Program BerIkan Untuk Indonesia diharapkan dapat terus terlaksana secara berkelanjutan demi membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Langkah tepat
Pakar perikanan dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) Dr Roni Nugraha, M.Sc menyebut gerakan dan program bantuan nutrisi ikan kepada masyarakat terdampak di saat pandemi COVID-19 sebagai langkah tepat.
"Pemberian ikan kepada tenaga kesehatan dan masyarakat yang tidak mampu itu adalah hal yang tepat," katanya kepada ANTARA.
Tenaga kesehatan adalah pejuang di garda terdepan yang tanpa lelah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karenanya, asupan nutrisi yang tinggi, terutama protein, sangat diperlukan bagi mereka, dan ikan merupakan makanan memenuhi hal tersebut
Untuk itu, kata doktor lulusan Universitas James Cook, Australia itu, Program Gemarikan KKP maupun Program BerIkan dari "eFishery" itu merupakan program yang sangat baik dan perlu didukung oleh semua, terutama di masa pandemik sekarang ini
Ia mengatakan terdapat beberapa alasan mengapa program itu harus diukung. Pertama, ikan merupakan sumber makanan yang mengandung protein tinggi yang memiliki asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh yang lengkap.
Daging ikan mengandung lebih dari 18 persen protein. Tidak seperti lemak, kandungan protein pada ikan tidak berubah dan tidak tergantung pada musim, makanan, atau siklus reproduksi.
Selain itu, karena kandungan protein pengikat yang rendah, protein ikan sangatlah mudah untuk dicerna.
"Sehingga, di masa pandemik ini ikan dapat menjadi sumber nutrisi yang potensial," kata Roni Nugraha yang menyelesaikan masternya di Department of Chemical Engineering, Chung Yuan Christian University, Taiwan itu.
Kedua, ikan juga banyak mengandung komponen-komponen yang bisa bermanfaat untuk kesehatan. Protein ikan yang masuk dalam tubuh akan dicerna menjadi komponen lebih kecil yang disebut peptida.
Peptida-peptida yang dihasilkan ada yang berperan memperbaiki respons tubuh terhadap insulin sehingga dapat mencegah diabetes.
"Kita ketahui, penderita diabetes merupakan kelompok berisiko tinggi ketika terinfeksi COVID-19," katanya.
Komponen lainnya, yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang, atau lebih dikenal Polyunsaturated fatty acid (PUFA), yang sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung, mampu mencegah penyakit kardiovaskular.
Oleh sebab itu, kata dia, badan-badan dunia, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) merekomendasikan memperbanyak konsumsi ikan di masa pandemik seperti ini.
Pandemik ini berimplikasi sangat luas. Selain pada kesehatan juga pada ekonomi. Banyak masyarakat yang diberhentikan oleh perusahaan sehingga kehilangan sumber penghasilan dan tentu saja akan berdampak pada asupan nutrisi keluarga, terutama anak-anak.
Kurangnya asupan nutrisi dapat menyebabkan kekerdilan anak (stunting) dan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan serta tidak berkembangnya kecerdasan otak.
Pemberian ikan pada masyarakat kelompok ini akan membantu menyuplai asupan nutrisi.
Selain itu, kepedulian pada sesama di tengah pandemi COVID-19 ini sangat dirasakan manfaatnya oleh mereka yang pendapatannya terdampak.